Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah bersiap mengoperasikan proyek pengembangan infrastruktur oseanografi berbasis teknologi satelit atau Infrastructure Development for Space Oceanography (INDESO) yang mulai diimplementasikan sejak tahun 2012, guna memantau perairan Indonesia.
Proyek hasil kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Prancis ini menjadi inovasi teknologi pertama di Indonesia yang mengadopsi sistem operasional oseanografi. Infrastruktur INDESO adalah inovasi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menggerakkan revolusi Iptek kelautan regional.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan INDESO menjadi paradigma baru dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia yang lestari, berkelanjutan dan berdaya saing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menegaskan, infrastruktur observasi laut di Indonesia dibangun untuk memperkuat Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki kehandalan dalam mengelola sumberdaya laut dan perikanan dengan baik, lestari serta sukses dalam kebersamaan globalisasi yang dinamis.
“INDESO merupakan program yang didesain untuk memantau kondisi perairan Indonesia termasuk biogeokimia dan ekosistem dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam pengimplementasiannya,” ujar Susi dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (4/8).
Infrastruktur ini didukung dengan teknologi satelit radar, optik dan meteorologi, serta sistem observasi laut regional yang datanya telah dicakup dalam sistem beroperasi dan sudah mulai digunakan pada tahun 2014.
Setelah pembangunan gedung infrastruktur selesai, selanjutnya dilakukan asistensi double system Indonesia-Perancis. Sedangkan pengelolaan sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia akan dimulai tahun depan.
Susi menyatakan KKP berupaya menggunakan teknologi canggih untuk pengelolaan sumber daya kelautan seiring dengan tantangan dinamika alamiah dari laut sendiri, diantaranya adalah pemanfaatan satelit radar yang diinisiasi bekerjasama dengan Perancis melalui proyek INDESO.
Pengoperasian secara utuh, aplikasi dalam INDESO diharapkan dapat membantu upaya untuk melakukan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, perlindungan kekayaan biodiversitas, dan pembangunan perekonomian yang harmonis dengan lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
“Bahkan dapat memantau dampak lingkungan yang diakibatkan oleh perubahan iklim sehingga kita lebih tepat dalam menentukan arah kebijakan untuk mitigasi bencana alam yang timbul dari fenomena ini”, ujar Menteri Susi.
Proyek ini juga mengacu pada pembentukan jaringan pengamatan oseanografi yang nyata, adaptasi pengembangan bentuk dan prediksi dalam sistem pengolahan maupun analisa, sehingga memungkinkan untuk melakukan pemeliharaan perikanan secara berkesinambungan oleh nelayan di Indonesia.
Infrastruktur INDESO memperkuat integrasi dan sinkronisasi data yang sudah ada di KKP. Sehingga menjadi lebih informatif, otomatis, real-time, efektif dan efisien didalam melakukan pengambilan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan, pemantauan, pengawasan dan penegakan hukumnya di Indonesia.
Teknologi dan sistem operasional oseanografi berbasis teknologi satelit di KKP ini dibangun dengan menggintegrasikan sains dan teknologi terkini yang secara kontinu menghasilkan data dan informasi kelautan secara harian, mingguan dan bulanan, ataupun musiman.
“Data-data ini didistribusikan secara langsung melalui laman www.indeso.web.id, dimana semua masyarakat Indonesia dapat memanfaatkannya secara mudah, kapan pun dan dimanapun secara gratis,” kata Susi.
Selain itu, melalui program INDESO Capacity-Building, KKP telah mengirimkan 13 orang personil untuk menempuh pendidikan tingkat doktoral (Ph.D) sebanyak 10 orang dan 3 orang tingkat master di Perancis.
KKP juga menugaskan 18 orang mengikuti pelatihan tematik dan teknologi informatika yang dibutuhkan untuk mendukung operasional INDESO sehingga dapat dimanfaatkan seluas-luasnya.
Selanjutnya, menyadari akan nilai dan dampak strategis pengembangan di masa mendatang diberikan kesempatan kepada 10 peneliti Balitbang KKP untuk melakukan riset aplikasi di berbagai institusi penelitian dan industri di Perancis seperti Ceva, IFREMER, IRD, Mercator, Legos, dan Locean.
“Riset ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas Iptek dan merencanakan pengembangan paradigma aplikasi di masa depan,” jelas Susi.
Stasiun Bumi RadarSusi menjelaskan, proyek pembangunan gedung infrasruktur yang diresmikan mencakup dua kegiatan utama. Pertama, pembangunan infrastruktur Stasiun Bumi Radar (ground station/satellite reception) dan fasilitas pengolah datanya.
“Kedua, pengembangan infrastruktur computing untuk pemodelan oseanografi dan hayati laut. Keduanya dibangun di BPOL Perancak – Bali, sedangkan sistem basis data sebagai sistem backup (Redundant Database System) dibangun di kantor Balitbang KP di Jakarta,” katanya.
Ia menilai Stasiun Bumi Radar dan Observasi Laut di Perancak telah memberikan manfaat nyata. Salah satunya adalah dalam menghadapi pelanggaran penangkapan ikan diwilayah Indonesia (IUU Fishing) yang telah merugikan devisa Indonesia triliunan rupiah.
“Akurasi dalam mendeteksi kapal penangkap ikan illegal telah ditingkatkan dengan memanfaatkan data AIS yang di-overlay-kan terhadap data VMS. Kemampuan stasiun Bumi Radar sedang dalam proses peningkatan, yaitu saat ini revisit time untuk lokasi yang sama 24 hari (satelit radarsat) akan ditingkatkan menjadi empat kali sehari dengan akusisi data cosmoskymed pada akhir tahun ini,” jelasnya.
(gir/gir)