Jakarta, CNN Indonesia -- Semakin rendahnya harga batubara dalam negeri dan internasional yang saat ini sudah berada di level US$ 50 per metrik ton, membuat sejumlah perusahaan tambang batubara nasional merumahkan ribuan pekerja hingga kuartal III kemarin.
Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Apebindo) memprediksi, tak kurang dari 5 ribu pekerja telah dirumahkan akibat anjloknya harga batubara yang berlangsung sejak 2012 silam.
"Kami masih mengumpulkan (data) khususnya yang menjadi anggota Aspebindo karena susah kalau ditanya dan dipukul rata. Tapi yang pasti dengan harga yang jelek, kami terdampak," ujar Sektetaris Jenderal Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia (Apebindo) Eka Wahyu Kasih di Jakarta, Senin (5/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eka mengungkapkan, adanya pengurangan ribuan tenaga kerja tadi tak lepas dari berhentinya ratusan perusahaan seiring dengan anjloknya harga batubara. Bahkan ia menaksir, saat ini terdapat 50 persen perusahaan batubara yang telah mengurangi atau menghentikan produksinya dalam rangka upaya penghematan.
Meski begitu Eka lagi-lagi masih belum bisa memastikan secara detil berapa tenaga kerja yang dirumahkan dari ratusan perusahaan batubara yang tergabung dalam Aspebindo.
"Kami masih mendata karena memang sulit. Tapi kalau secara statistik dan matematik ketahuan itu angkanya," tuturnya.
Sebagai catatan, di sepanjang sembilan bulan tahun ini harga batubara Indonesia terus mengalami tren penurunan. Mengacu data Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) untuk yang berkalori tinggi rontok 8,81 persen, dari angka US$ 63,84 per metrik ton pada Januari, hingga menyentuh level US$ 58,21 per metrik ton pada posisi September 2015.
Direktur Pengusahaan Batubara Ditjen Minerba Adhi Wibowo menyatakan anjloknya harga batubara yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir berawal dari menurunnya jumlah permintaan dari beberapa negara pengimpor seperti China dan India yang mulai melakukan upaya diversifikasi atas pemenuhan sumber energi.
"Apalagi negara-negara tadi juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Jadi lah pasokan ke mereka berkurang," tutur Adhi beberapa waktu lalu.
(gen)