Keputusan Final Pengembangan Blok Masela Mundur Dua Bulan

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 08 Okt 2015 14:56 WIB
Menteri ESDM Sudirman Said memberi waktu tambahan dua bulan bagi konsultan independen untuk membuat kajian opsi terbaik pengerjaan Blok Masela.
Menteri ESDM Sudirman Said memberi waktu tambahan dua bulan bagi konsultan independen untuk membuat kajian opsi terbaik pengerjaan Blok Masela. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah membatalkan rencana mengumumkan keputusan final konsep pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela di Maluku Selatan pada 10 Oktober 2015. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan pemerintah membutuhkan waktu tambahan selama dua bulan ke depan, untuk memberi kesempatan kepada konsultan independen mengkaji opsi terbaik pengembangan Blok Masela.

“Saya kasih waktu dua bulan karena ingin masyarakat mendapatkan informasi yang sehat dan mudah-mudahan hasil kajian konsultan itu bisa menjelaskan opsi terbaik untuk Masela,” ujar Sudirman di Jakarta, Kamis (8/10).

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengaku mendapatkan tugas dari Menteri ESDM untuk mencari konsultan-konsultan bereputasi terbaik dari dalam dan luar negeri untuk dilibatkan dalam mengkaji proyek Masela.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“SKK Migas telah menyampaikan rekomendasi atas revisi plan of development (POD) I dari Blok Masela, namun setelah itu muncul polemik. Untuk itu kami diminta untuk mencari konsultan kelas dunia, sehingga bisa memberi pertimbangan dan kalkulasi investasi jika proyek Masela dikerjakan secara off shore atau on shore,” ujar Amien.

Mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaku sampai saat ini instansinya masih meneruskan proses mencari konsultan independen tersebut.

Beberapa waktu lalu, Inpex Masela Ltd sebagai operator Blok Masela telah menyodorkan revisi atas POD Lapangan Abadi berikut pembangunan floating liquefied natural gas (FLNG) dari kapasitas 2,5 million ton per annum (MTPA) menjadi 7,5 MTPA ke SKK Migas.

Akan tetapi, di tengah pembahasan tersebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mendesak Menteri ESDM Sudirman Said untuk mengevaluasi opsi pembangunan fasilitas pengolahan LNG di darat atau Land Based LNG di pulau Aru, Maluku karena menilai investasinya lebih murah jika dibangun di darat.

Dalam hitungan Rizal, total investasi untuk pembangunan Land Based LNG hanya mencapai US$ 14,6 miliar sementara FLNG mencapai US$ 19,3 miliar.

Sementara Amien Sunaryadi menghitung, total dana yang dibutuhkan untuk membangun FLNG hanya mencapai US$ 14,8 miliar, atau lebih murah US$ 4,5 miliar dari total pembangunan LNG di darat yang ditaksir mencapai US$ 19,3 miliar.

Ini mengingat pada konsep FLNG tidak menggunakan pipa gas penghubung ke Pulau Aru yang sedianya menjadi lokasi dari pembangunan Land Based LNG. Tak ayal, Amien pun lebih condong memilih FLNG ketimbang Land Based LNG.

"Soal perbedaan angka, mungkin pak Rizal punya analisa sendiri," ujar Amien. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER