Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan jasa internet dan TV kabel milik Grup Lippo, PT Link Net Tbk mencatatkan laba bersih Rp 461 miliar di sepanjang sembilan bulan pertama 2015, meningkat 10 persen dibandingkan periode yang sama 2014 di posisi Rp 421 miliar.
Direktur Utama LinkNet, Roberto Feliciano mengatakan, meski dinilai menguat secara tahunan namun capaian tersebut sedikit di bawah kuartal II 2015.
Di mana penurunan laba bersih terjadi akibat dampak melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami sangat termotivasi dengan serangkaian kinerja yang baik pada kuartal ini walaupun dalam kondisi pasar yang sulit dimana data data ekonomi tidak menunjang dan kompetisi yang selalu ada,” ujar Roberto dalam keterangan resmi yang dikutip, Jumat (30/10).
Mengacu laporan keuangan perseroan yang dirilis beberapa waktu lalu, hingga kuartal III kemarin Link Net telah memiliki jaringan dengan angka diatas 1,6 juta homes passed atau melampui targetan perseroan.
Tak ayal, dengan capaian tersebut angka pendapatan emiten bertiker LINK ini meningkat 22 persen secara tahunan menyentuh angka Rp 1,88 triliun.
Roberto mengaku kenaikan jumlah
home passed dan pendapatan perseroan sampai dengan akhir September 2015 kemarin dilatarbelakangi oleh pertumbuhan konsumen menyusul upaya penetrasi Link Net di segmen residensial dan korporasi.
Berbekal hal tersebut, manajemen mengklaim akan terus melakukan pengembangan khususnya dalam hal peningkatan produk dan layanan yang terdepan seiring dengan kemajuan teknologi.
“Kami sudah menerapkan hal-hal ini sehingga kami bisa bertahan dan memposisikan pertumbuhan kami lebih baik. Hal ini ditambah dengan adanya paket paket kebijakan ekonomi yang di luncurkan oleh permerintah Indonesia untuk merespons kondisi ekonomi Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, untuk angka pelanggan atau
revenue generating units (RGUs) perseroan hingga kuartal III 2015 telah berjumlah 847 ribu, meningkat sebesar 18 persen secara tahunan.
Roberto mengatakan, peningkatan tersebut didukung oleh tingginya jumlah permintaan atas layanan broadband dan televisi berbayar pada area cakupan perseroan.
“Dalam mengantisipasi indikator makro ekonomi yang melemah, yang mempengaruhi kepercayaan konsumen, serta kuartal tiga yang biasanya lemah, perseroan menerapkan re-marketing yang lebih intensif dan sistematik yang menghasilkan keuntungan signifikan untuk perseroan,” tandasnya.