Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) tengah mengevaluasi beberapa kontrak dan piutang anak usahanya, Pertamina Energy Trading Limited (Petral) kepada sejumlah mitra bisnisnya. Penyisiran piutang sebesar US$ 46,6 juta tersebut ditargetkan tuntas pada akhir Desember.
"(Ini karena) aset Petral akan diambil Pertamina. Saat ini kami masih menyelesaikan piutang atas beberapa klaim," ujar Direktur Keuangan Pertamina, Arief Budiman di kantornya, Senin (9/11).
Arief menerangkan, pasca dilakukannya uji tuntas (
due diligence) dan audit forensik oleh perusahaan audit independen asal Australia, Kordamentha, aset bersih Petral menyusut menjadi US$ 483 juta, atau turun US$ 1,81 miliar dari posisi sebelumnya US$ 2,3 miliar pada Mei.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia beralasan, penyusutan aset terjadi lantaran Petral sudah tidak lagi menjalankan kegiatan bisnis pasca kewenangan pengadaan minyak mentah dan impor bahan bakar minyak (BBM) dialihkan ke
Integrated Supply Chain (ISC).
Kendati demikian, Arief mengungkapkan Petral masih memiliki piutang yang belum tertagih sebesar US$ 46,6 juta atau berkisar Rp 629 miliar. Piutang tersebut berasal dari denda keterlambatan pengiriman minyak (
demurrage) yang belum dibayarkan oleh mitra bisnis Pertamina Energy Service (PES), selaku anak usaha Petral.
Untuk itu, lanjut Arief, Pertamina selaku induk usaha akan menagih piutang tersebut dari rekanan PES. Selain itu, mantan Presiden Direktur PT McKinsey Indonesia ini juga memastikan akan tetap melanjutkan proses likuidasi Petral yang ditargetkan bisa selesai pada April 2015.
"Beberapa (piutang) mungkin sudah lama (karena) bukan hanya tahun ini saja atau dari tahun-tahun dulu. Kita lihat apa itu klaimnya segitu," kata Arief.
(ags)