Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menunjuk Poten and Partners sebagai konsultan independen guna menilai kelayakan proyek Blok Masela, di Maluku Selatan.
Djoko Siswanto, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM menerangkan, nantinya Poten and Partners akan melakukan kajian terhadap dua konsep pengembangan blok Masela, yang akan menjadi pertimbangan pemerintah sebelum menentukan kelanjutan megaproyek gas tersebut.
"Poten and Parteners yang terpilih," ujar Djoko saat dihubungi CNN Indonesia, Selasa (10/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, seiring dengan masifnya kritik mengenai konsep pengembangan gas Blok Masela, pemerintah bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah menunda pengesahaan rencana pengembangan atau
plan of development (PoD) Blok Masela yang diajukan Inpex Corporation pada beberapa waktu lalu.
Dalam proposalnya, perusahaan migas asal Jepang tersebut menyodorkan konsep
Floating Liquefied Natural Gas (FLNG) berkapasitas 7,5 metrik ton per tahun (MTPA) untuk mengeksploitasi Lapangan Abadi, Blok Masela.
Yang menarik, dalam proyek yang ditaksir menelan investasi mencapai US$ 14,8 miliar itu manajemen Inpex bakal menyadur teknologi yang dikembangkan mitranya di Blok Masela yakni Shell Corporation dalam proyek FLN Prelude, Australia.
Sedangkan dengan menimbang beberapa faktor mencakup pengoptimalan efek berganda (
multiplier effect), sejumlah praktisi migas dalam Forum Tujuh Tiga Institut Teknologi Bandung (Fortuga ITB) lebih condong memilih fasilitas pengembangan
onshore LNG atau
land based LNG.
Berangkat dari polemik ini Djoko pun menjanjikan bahwa hasil kajian yang dirilis Poten and Partners akan berjalan independen dan akuntabel.
"Targetnya 45 hari," imbuh Djoko.
(dim/gen)