Jakarta, CNN Indonesia -- Perekonomian global pada tahun depan diprediksi tumbuh lebih baik dibandingkan tahun ini. Namun, pertumbuhannya diyakini tidak akan terlalu signifikan karena terhambat oleh perlambatan ekonomi terbesar nomor dua di dunia, yakni China.
Konsesi yang dimufakati oleh Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Dana Moneter Internasional (IMF), dan The Conference Board meramalkan bahwa ekonomian China akan melambat pada 2016. Di sisi lain ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi stagnan, ekonomi Eropa meningkat tapi tak tinggi. Sementara perekonomian India dan negara-negara berkembang lainnya diyakini akan tumbuh pesat.
"Ekonomi global (2016) terjebak dalam pola yang sama," kata Bart van Ark, Kepala Ekonom The Conference Board seperti dikutip dari CNN Money, Rabu (11/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Conference Board memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh sebesar 2,8 persen pada tahun depan, sedikit lebih baik dari tahun ini yang diramalkan 2,5 persen. Sementara OECD sedikit lebih optimis, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia 2,9 persen pada tahun ini dan menjadi 3,3 persen pada 2016.
Van Ark mengatakan, "kuncinya adalah ekonomi China". Menurutnya, hampir tidak ada yang mempercayai data resmi pertumbuhan ekonomi yang dirilis pemerintah China karena berdasarkan ramalan konsensus ekonomi Negeri Tirai Bambu digambarkan sedang melakukan "pendaratan yang mulus."
"Kabar baiknya adalah ini bukan pendaratan keras," kata van Ark.
China membeli banyak komoditas dan bahan baku dari negara lain, seperti minyak dan tembaga. Alhasil, jika hal buruk terjadi dengan ekonomi China, maka akan memengaruhi pergerakan ekonomi global.
Masih merujuk hasil konsensus, perekonomian India dan beberapa negara di Afrika berpotensi tumbuh lebih makmur pada tahun depan. Namun, negara-negara itu belum cukup besar untuk bisa mengangkat perekonomian dunia.
(ags)