Indef Bertaruh Bank Indonesia Tak Ubah Suku Bunga November

CNN Indonesia
Selasa, 17 Nov 2015 15:05 WIB
Selain masih dibayangi rencana kenaikan tingkat suku bunga acuan Amerika Serikat, BI juga harus mempertimbangkan kondisi neraca pembayaran Indonesia.
Direktur Indef Enny Sri Hartati. (CNN Indonesia/Safyra Primadhyta).
Jakarta, CNN Indonesia -- Institute for Development of Economic and Finance (Indef) memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan (BI rate) pada bulan ini. Pasalnya selain masih dibayangi rencana kenaikan tingkat suku bunga acuan Amerika Serikat, BI juga harus mempertimbangkan kondisi neraca pembayaran.

“Akhir tahun biasanya permintaan dolar tinggi, lalu di awal tahun ada ancaman (kenaikan suku bunga) The Federal Reserves,” tutur Direktur Indef Enny Sri Hartati di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Selasa (17/11).

Sebelumnya, BI telah melaporkan defisit transaksi berjalan dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III 2015 sebesar US$ 4 miliar atau 1,86 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu membaik dibandingkan dengan defisit di kuartal II sebelumnya yang sebesar 1,95 persen dari PDB atau US$ 4,2 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2015 masih di bawah 5 persen. Selain itu, surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-Oktober 2015 sebesar US$ 8,16 miliar juga bukan ditopang dari peningkatan ekspor. Melihat kondisi itu, Enny pesimistis BI akan menurunkan tingkat suku bunga acuannya.

“Suku bunga yang tinggi ini jelas menjadi suatu hambatan untuk sektor riil kita kompetitif,” ujarnya.

Menurut Enny, di tengah kondisi ketidak pastian global pemerintah sebaiknya memacu potensi perekonomian domestik. Oleh karenanya dibutuhkan komitmen yang tinggi pemerintah untuk mendorong sektor riil. Dengan demikian, risiko pelarian modal ke luar atau instabilitas di sektor keuangan apabila BI menurunkan suku bunga bisa dikompensasi oleh penguatan perekonomian, khususnya sektor riil, dalam negeri.

“Penurunan suku bunga bisa dilakukan oleh Bank Indonesia kalau ada komitmen dan langkah konkrit dari fiskal. Jadi stimulus fiskal perlu konkrit untuk mendorong sektor riil,” ujarnya.

Sebagai informasi, BI terakhir menurunkan suku bunga pada pertengahan Februari tahun ini menyusul terjadinya penurunan tingkat harga (deflasi) sebesar 0,24 persen pada Januari 2015. Adapun penurunan BI-rate terjadi sebesar 25 basis poin dari 7,75 persen ke 7,5 persen. Tak hanya itu, BI juga menurunkan suku bunga deposito facility sebesar 25 basis poin dari 5,75 persen ke 5,5 persen.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER