Bali, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memberikan jaminan dukungan bagi industri kelapa sawit karena dianggap berperan penting dalam memajukan ekonomi nasional. Namun, ia mengingatkan kesinambungan usaha sawit harus dibarengi dengan pelestarian lingkungan sekitar.
“Dalam kesempatan ini saya sekali lagi ingin menegaskan bahwa pemerintah mendukung sebesar-besarnya industri sawit,” kata JK dalam sambutannya di pembukaan acara International Palm Oil Conference (IPOC) 2015 di Bali, Kamis (26/11).
Menurut JK, ada tiga hal penyebab industri kelapa sawit merupakan industri yang bernilai bagi bangsa. Pertama, minyak sawit (palm oil) merupakan sumber minyak nabati non-fat untuk makanan terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, lanjutnya, Indonesia saat ini tercatat sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia dan menguasai 38 persen pangsa pasar minyak nabati global.
“Karena (sumber minyak nabati) terbesar maka Indonesia memiliki efek yang besar juga, karena Indonesia merupakan produsen palm oil terbesar di dunia pada masa ini,” ujarnya.
Ketiga, JK menganggap industri kelapa sawit sebagai industri sektor usaha perkebunan yang memberikan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar kepada perekonomian,di luar pertanian padi. Menurutnya, terdapat lebih dari 20 juta pekerja yang menggantungkan hidup, baik secara langsung dan tidak langsung kepada industri kelapa sawit.
“Naik-turunnya keberhasilan sawit sangat mempengaruhi pendapatan masyarakat, pendapatan negara secara keseluruhan,” ujarnya.
Namun demikian, JK juga mengingatkan industri kelapa sawit harus berjalan dengan prinsip keberlanjutan melalui tata kelola yang baik.
“Perkebunan sawit haruslah menyeimbangkan, menyesuaikan diri, bagaimana sawit tetap tumbuh berkembang tapi dengan tetap terjaga lingkungan,” katanya.
Ke depannya, Wapres berharap industri kelapa sawit bisa meningkatkan produktivitas dan kerjasama dengan kelompok plasma.
Dalam IPOC 2015, yang merupakan konferensi industri kelapa sawit terbesar di dunia, hadir 1126 pemangku kepentingan industri kelapa sawit dari 22 negara, antara lain dari Malaysia, Kamerun, Australia, China, Taiwan, dan Amerika Serikat.
(ags/ags)