Bali, CNN Indonesia -- Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Suahasil Nazara menilai rendahnya tingkat inflasi sepanjang tahun ini belum mengkhawatirkan bagi pemerintah.
“Asal (inflasi) masih terkontrol, hal ini masih bisa kita pakai untuk kebijakan yang lebih mendorong perekonomian,” ujar Suahasil usai menghadiri Indonesian Palm Oils Conference 2015 (IPOC 2015) di Bali, Jumat (27/11).
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menterjemahkan rendahnya inflasi tahun berjalan (
year to date/ytd) Januari-Oktober 2015 sebesar 2,16 persen bukan sebagai hal yang bagus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Rendahnya angka inflasi bukanlah berita yang bagus, rendahnya inflasi tersebut dikarenakan merosotnya daya beli masyarakat,” kata Enny. Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angka inflasi berada di angka 4,19 persen.
Suahasil mengungkapkan tergerusnya daya beli masyarakat pada level yang mengkhawatirkan akan tercermin saat tingkat harga turun secara terus menerus (deflasi). Sementara, sepanjang tahun ini, secara akumulasi Indonesia masih mencatatkan inflasi.
“Bulan ini sudah akan inflasi lagi, artinya daya beli ada,” kata Suahasil.
Selain itu, menurut Suahasil, turunnya tingkat inflasi tidak semata-mata mencerminkan turunnya daya beli.
“Kalau inflasi yang rendah mencerminkan penurunan daya beli jawabannya bisa iya, bisa tidak. Deflasi juga bisa terjadi karena ketercukupan barang yang tersedia di pasar, karena harga stabil, dan yang lain misalnya karena kecukupan produksi, bukan hanya karena daya beli,”ujarnya.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi sepanjang 2015 (tahun kalender) akan sesuai target empat plus minus satu persen. Bahkan, bisa berada di bawah level 3 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender 2014 yang tercatat 8,36 persen.
“Kami melihat inflasi sejalan dengan target yang ingin dicapai (empat plus minus satu persen) bahkan terdapat potensi inflasi itu di bawah tiga persen,” tutur Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo di Gedung Thamrin Kompleks Kantor BI, Jakarta, Selasa (17/11) lalu.
(gen)