Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah manajer investasi menilai tahun ini merupakan masa yang berat bagi kinerja portofolio saham. Rencana aksi borong saham untuk memoles portofolio atau yang dikenal
window dressing pun diakui hanya sebagai manuver untuk bisa lebih baik dari indeks acuan yang sepanjang tahun minus, bukan untuk tumbuh positif.
Head of Investment & Research PT Mega Asset Management, Manuel Maelaki mengatakan sepanjang tahun ini indeks acuan reksadana berbanding terbalik dari capaian pada 2014. Berangkat dari hal itu, katanya mustahil jika portofolio reksadana saham bisa positif pada tahun ini.
“Tahun lalu indeks reksadana tumbuh 27 persen. Tahun ini melempem, sejak awal tahun saja indeks resadana saham sudah minus 18 persen,” ujarnya saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (10/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal tahu saja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi tolok ukur kinerja seluruh saham di Indonesia saja tercatat amblas 14,59 hingga Selasa lalu. Hal itu pun turut membuat pekerjaan para manajer investasi pada tahun ini terbilang berat.
“Kita yang penting bisa lebih baik dari indeks reksadana. Kalau indeks reksadana minus sampai 18 persen, kita targetkan minusnya di sekitar 14 persen,” ungkap Manuel.
Untuk mencapai hal tersebut, Manuel mengaku pihaknya akan melakukan
window dressing secara bertahap. Ia mengaku masih melihat kondisi pasar dan momentum yang tepat untup memoles portofolionya.
“Kayaknya sebagian pelaku akan coba melakukan itu (
window dressing) karena kita lihat volume makin tipis, dan satu dua minggu lagi kita masuk ke musim liburan. Mudah mudahan lebih bisa punya timing,” jelasnya.
Seiring dengan adanya rencana perusahaan, Manuel bilang dengan dana kelolaan atau asset under management (AUM) mencapai Rp 1,4 triliun tersebut pihaknya menilai
window dressing kali ini butuh tenaga yang lebih. Namun, ia yakin IHSG bakal menguat di penghujung tahun meski masih melemah jika dihitung dalam sepanjang tahun.
“
Window dressing yang sekarang memang
effort-nya lebih berat. Kami masih tetap menunggu Fed fund rate. IHSG kami targetkan bisa ke level 4.748 sampai akhir tahun ini,” jelasnya.
Cari WaktuSedangkan Head of Investment BNI Asset Management Hanif Mantiq menyatakan pihaknya juga masih menyiapkan waktu yang tepat untuk melakukan
window dressing. Ia mengaku pihaknya bakal memaksimalkan masa perdagangan sebelum libur.
“Habis Fed rate (window dressing). Biasanya para investor akan masuk sebelum tanggal 20 Desember, karena setelah itu sudah banyak libur,” jelasnya.
Hanif mengakui IHSG masih bisa terdongkrak dengan adanya manuver memoles portofolio saham tersebut. Ia menilai perbaikan kondisi makro terkait inflasi juga bakal jadi pendorong indeks.
“Saya lihat ada perbaikan di akhir tahun. Kami sih menilai IHSG bisa ditutup di level 4.800 untuk tahun ini,” ujarnya.
Di sisi lain, Hanif menambahkan pihaknya tidak muluk-muluk untuk memperbaiki portofolio reksadana saham yang masih minus sejak awal tahun ini. Perusahaan dengan dana kelolaan mencapai Rp 12,6 triliun ini bakal menurunkan pelemahan portofolio untuk mengungguli pelemahan indeks acuan.
“Kita harap penurunannya bisa turun ke level 10 sampai 12 persen. Untuk produk Inspiring Equity Fund (reksadana saham) bisa ke minus 10 persen, dari indeks acuan reksadana saham yang minus 18 persen,” jelasnya.
(dim)