Bos BRI Sarankan Bank Indonesia Tak Ubah Suku Bunga

CNN Indonesia
Kamis, 17 Des 2015 13:29 WIB
Menurut Dirut BRI Asmawi Syam, ada hal yang harus lebih diawaspadai selain hasil keputusan The Fed yakni harga komoditas dunia yang terus mengalami penurunan.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Asmawi Syam (tengah) berbincang dengan Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin (kanan) dan Dirut BNI Achmad Baiquni (kiri). (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya Kamis (17/12) dini hari tadi, kini pelaku pasar tengah menanti keputusan hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang digelar hari ini.

Dalam rapat tersebut juga akan diputuskan apakah BI rate akan berubah atau tetap di level 7,5 persen.

Berbagai pendapat pun muncul sembari menunggu keputusan Gubernur BI Agus D.W. Martowardjojo dkk. Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Asmawi Syam misalnya, ia menyarankan BI untuk tetap menahan suku bunga acuannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan BI tidak perlu terlalu responsif menanggapi kenaikan suku bunga The Fed mengingat pelaku pasar keuangan khususnya domestik sudah mengantisipasi hal ini sudah lama.

"Menurut saya sih (BI Rate) tetap saja seperti sekarang ini. Karena kalau terjadi penurunan di sana (Amerika), terus kita terlalu cepat nanti tidak bagus, nanti dianggap panik," ujar Asmawi ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (17/12).

Menurutnya ada hal yang harus lebih diawaspadai selain hasil keputusan The Fed, yakni harga komoditas dunia yang terus mengalami penurunan. Kondisi tersebut dinilainya akan sangat berpengaruh terhadap nilai ekspor Indonesia.

"Komoditas sekarang lagi turun itu diharapkan kemungkinan bisa rebound lagi, ekspor juga kembali meningkat, itu yang kita harapkan," katanya.

BEI Desak Penurunan BI Rate

Asmawi mengaku lega, kondisi likuiditas perbankan saat ini sudah mulai membaik akibat dampak dari kebijakan penurunan batas Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 0,5 persen yang sempat dilakukan oleh BI. Kondisi likuiditas yang baik ini dinilai memperkuat kondisi perbankan menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

"Kondisi likuiditas kemarin sudah agak longgar. Biarkan kita lihat dulu sebulan dua bulan ini," katanya.

Namun pendapat berbeda diutarakan oleh Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio. Ia berharap BI menurunkan tingkat suku bunga acuan untuk mendorong roda perekonomian dan berimbas ke perbaikan pasar modal.

“BI rate saya sih inginnya turun. Saya minta turun, supaya buat pasar modal bagus, dan investasi bagus,” ujar Tito beberapa waktu lalu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER