Masyarakat Maluku Ingin Regasifikasi Blok Masela di Darat

Aghnia Adzkia | CNN Indonesia
Sabtu, 02 Jan 2016 12:04 WIB
Masyarakat Maluku disebut telah menggelar musyawarah nasional dan ingin dilibatkan dalam proses pembangunan fasilitas pengolahan LNG Blok Masela di pulau Aru.
Fasilitas regasifikasi LNG
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Nono Sampono mengatakan masyarakat Maluku telah menggelar musyawarah nasional yang mengusulkan pembangunan Land Based LNG di Kepulauan Aru, Maluku untuk mengolah gas dari Lapangan Abadi, di Blok Masela. Alasannya, pembangunan di daratan dapat mengembangkan sektor ekonomi masyarakat setempat.

"Blok Masela diharapkan onshore (di daratan) karena kepentingan daerah jauh lebih besar. Kita harus mengeluarkan modal lebih untuk dapat hasil lebih. Jangan terpukau dengan angka-angka," kata Nono dalam sebuah diskusi bertajuk Gaduh Blok Masela di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (2/1).

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyebut nilai investasi untuk Floating LNG (FLNG) sekitar US$ 19,3 miliar sementara untuk Land Base LNG hanya mencapai US$ 14,8 miliar-US$ 15 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Senator dari daerah pemilihan Maluku tersebut mengatakan keuntungan untuk pendapatan daerah justru akan menggelembung jika fasilitas pengolahan LNG dibangun di darat. Ia mencontohkan pembangunan pabrik pupuk urea di sekitar fasilitas pengolahan bisa dilakukan, termasuk pembangunan pabrik petrokimia industri pertahanan. Akibatnya, lebih banyak tenaga kerja terserap dibandingkan jika fasilitas tersebut dibangun di tengah laut.

"Ada efek turunan berganda dan itu bermanfaat untuk pembangunan wilayah. Ada kepentingan sosial dan ekonomi. Kalau di offshore itu sedikit efeknya,” ujar Nono.

Hal senada diucapkan Anggota Kelompok Ahli Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan Sugita. Menurutnya, dengan menetapkan lokasi pembangunan fasilitas pengolahan LNG di darat maka pemerintah membuktikan janji mengedepankan pengembangan industri hilir.

"Ada pupuk, industri pertahanan, industri hilir, kita juga perlu bangun pembangkit listrik. Ini dibutuhkan untuk Indonesia Timur yang jarang listrik," kata Sugita.

Polemik pembangunan fasilitas pengolahan gas dari Blok Masela telah mencuat sejak 2006 hingga kini. Usulan offshore atau FLNG telah diinisiasi Inpex Corporation sejak 2009 dan telah dimasukkan dalam rencana pengembangan.

Belakangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said meminta konsultan independen untuk memberikan rekomendasi dari hasil kajian keekonomian proyek tersebut. Hasil kajian terakhir dari konsultan independen asal Amerika, Poten & Partners menunjukkan kecenderungan rekomendasi pembangunan kilang minyak dengn metode FLNG di tengah laut.

Tidak puas dengan kajian konsultan tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Sudirman mengundang manajemen Inpex Corporation untuk melakukan presentasi secara langsung atas rencana kerjanya di Blok Masela. Hasil presentasi tersebut akan menjadi pertimbangan Jokowi dalam menentukan masa depan Blok Masela. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER