Tarik Ulur Harga Uap Bikin Hubungan Pertamina-PLN Memanas

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Kamis, 07 Jan 2016 09:15 WIB
Manajemen PLN mengaku tidak sanggup memenuhi permintaan harga US$9,5 sen per kWh untuk uap panas bumi bagi PLTP Kamojang 1, 2, dan 3.
Manajemen PLN mengaku tidak sanggup memenuhi permintaan harga US$9,5 sen per kWh untuk uap panas bumi bagi PLTP Kamojang 1, 2, dan 3. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko).
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah saling tuding dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) perihal mahalnya harga gas di kawasan Sumatera Utara, kali ini PT Pertamina (Persero) berseteru dengan PT PLN (Persero) terkait penetapan harga jual uap untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang 1,2 dan 3 di Garut, Jawa Barat.

Agung Murdifi, Manajer Senior Hubungan Masyarakat PLN mengaku jika Pertamina meminta harga jual uap di angka US$9,5 sen per kilowatt per hours (kWh), manajemen PLN tak sanggup membelinya.

"Kalau harga uap yang ditawarkan wajar, kami mungkin akan beli karena selama ini kami sudah kerjasama selama 32 tahun dengan Pertamina. Namun yang membuat kami bingung, kenapa tiba-tiba pertamina menawarkan harga mahal hanya untuk jangka waktu lima tahun saja,” ujar Agung dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (7/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) memasok uap bagi PLTP Kamojang unit 1,2 dan 3 yang dioperasikan anak usaha PLN yakni PT Indonesia Power dengan kapasitas 140 Megawatt (MW). Kerjasama dua badan usaha pelat merah ini sudah berlansung sejak 30 tahun lalu dan berakhir di akhir 2015.

Namun, di tengah kerjasama tersebut PLN menilai Pertamina telah menaikkan harga uap tanpa memperhitungkan biaya operasional yang dimiliki PLN untuk bisa menghasilkan listrik. Bahkan manajemen PLN menilai Pertamina telah mengambil keputusan yang aneh lantaran pemberlakuan tarif uap sebesar US$9,5 sen per kWh hanya berlaku untuk lima tahun ke depan.

"Setelah melakukan verifikasi dan melihat harga uap di lapangan panas bumi yang dimiliki PLN di PLTP Mataloko, Ulumbu Flores, serta di Tulehu Ambon maka perkiraan harga uap di Kamojang tidak akan melebihi Rp535 per kwh atau sebesar US$4 sen. Karena Pertamina selaku pengelola Kamojang tetap bertahan di harga jual yang terlalu tinggi maka hal ini yang kemudian menjadi pertimbangan PLN untuk menunda perpanjangan pembelian uap dari Kamojang 1, 2, dan 3," jelas Agung.

Pada kesempatan berberda, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menuding sikap keberatan yang ditunjukkan PLN seakan tak mendukung upaya pemerintah dalam meningkatan pemanfaatan energi panas bumi serta hitungan investasi yang dikeluarkan Pertamina di sektor tersebut.

Bahkan, Wianda mengatakan keputusan tersebut berpotensi menghentikan pasokan uap untuk PLTP Kamojang 1, 2, dan 3.

"Tidak adanya kesepakatan yang dicapai kendati Pertamina telah memberikan penawaran paling lunak dengan perpanjangan interim agreement dan PLN melalui suratnya 29 Desember 2015 justru menyampaikan permintaan kepada Pertamina untuk menutup sumur-sumur uap untuk PLTP Kamojang 1,2, dan 3. Kami telah menyampaikan kepada PLN untuk dapat kembali kepada interim agreement hingga akhir Januari 2016,” kata Wianda. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER