Jakarta, CNN Indonesia -- Saham Asia mengalami reli penaikan nyata yang pertama pada tahun ini dalam pembukaan perdagangan Rabu (13/1) setelah data perdagangan China mengalahkan ekspektasi, menawarkan potensi positif bagi perekonomian global.
Seperti dikutip dari
Reuters, Indeks Nikkei Jepang melonjak 2,6 persen dari pelemahan satu tahun, sementara saham Australia naik 1,3 persen. Adapun indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melesat sebesar 1,6 persen dan menjauhi titik terendah sejak akhir 2011.
Bahkan pasar China yang
volatile akhirnya memperoleh dorongan penguatan setelah Shanghai Composite Index menanjak 0,8 persen dan indeks CSI300 menguat 0,9 persen. Sentimen positif itu juga menyebar ke kontrak berjangka-E mini untuk S&P 500 yang naik 0,8 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, indeks Hang Seng di Hongkong tercatat menguat 1,6 persen ke level 20.028 saat perdagangan dibuka. Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,51 persen ke level 4.535 ketika dibuka.
Kepala Riset First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan bergerak bervariasi cenderung menguat terbatas. Dari kawasan Asia, data perdagangan China akan menjadi perhatian pasar.
“Sedangkan dari domestik pasar menyambut positif rencana sejumlah kebijakan pemerintah baik di bidang ekonomi maupun politik untuk mempercepat pembangunan. IHSG diperkirakan akan bergerak di kisaran 4.490 hingga 4.570 berpeluang melanjutkan penguatan,” katanya.
Asal tahu aja, penguatan itu terjadi setelah China melaporkan bahwa ekspor meningkat 2,3 persen untuk kategori transaksi berdenominasi yuan di bulan Desember. Padahal pada tahun sebelumnya impor merosot 4,0 persen.
Dalam transaksi dolar AS, ekspor China pada Desember melebihi ekspektasi analis, jatuh 1,4 persen dari tahun sebelumnya. Sementara impor turun 7,6 persen. Analis yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan ekspor turun 8,0 persen dan impor turun 11,5 persen.
Kendati investor ekspor-impor menaruh kecurigaan tentang tingkat akurasi data, mereka menawarkan harapan bahwa arus perdagangan dunia akan stabil setelah mengalami masa suram pada 2015.
Hal tersebut secara tak langsung juga menyatakan bahwa pemerintah China mungkin saja terbukti sukses dalam upaya yang semakin kuat untuk menstabilkan yuan, sehingga meredakan kekhawatiran devaluasi berkelanjutan.
(gir)