Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah menargetkan penerimaan royalti sebesar Rp1,42 triliun dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor pertambangan. Angka itu naik 16,37 persen dari prognosa tahun lalu Rp1,22 triliun.
Deputi Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Hary Sampurno mengungkapkan pemerintah berani memasang target peneriman royalti lebih tinggi di tengah lesunya harga komoditas karena beberapa faktor.
Pertama, ada pabrik pengolahan (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) yang akan beroperasi kembali tahun ini. Hal itu diharapkan bisa meningkatkan ekspor nikel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kemudian dengan adanya percepatan proyek listrik, (royalti) dari batubara juga akan meningkat,” tutur Fajar di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (22/1).
Selama ini, lanjut Fajar, penyetor royalti terbesar berasal dari tambang batubara, nikel, dan timah.
“Hanya saja nikel ini akan turun (kontribusinya) karena tidak diperkenankan ekspor
ore (bijih nikel) sejak setahun yang lalu,” ujarnya.
Fajar berharap harga komoditas tahun ini lebih stabil dibandingkan 2015 sehingga bisa meningkatkan kinerja sektor pertambangan domestik.
“Kami tidak berharap bahwa di 2016 ini akan terjadi banyak perubahan dari harga-harga komoditas. Sekarang yang harganya tidak banyak turun, hampir rata, hanya (harga) emas, sedangkan yang lain kondisinya masih turun,” ujarnya.
(gen)