Ekonomi Lesu, Laba Industri Pembiayaan Anjlok 12 Persen

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 26 Jan 2016 13:11 WIB
Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia mencatat laba industri tersebut mencapai Rp10,5 triliun hingga akhir November 2015 atau turun 12 persen secara tahunan.
Sales menawarkan kredit mobil kepada pengunjung di pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa, 5 Mei 2015. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mencatat laba industri pembiayaan hingga akhir November 2015 mencapai Rp10,5 triliun atau turun 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu karena adanya perlambatan ekonomi.

“Harapan kami, laba turun hanya sekitar 9 persen pada tahun 2015 dibandingkan 2014,” tutur Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno di sela Pertemuan Anggota dan Apresiasi APPI di Hotel Raffles, Jakarta, Selasa (26/1).

Ia mengungkapkan, 2015 merupakan tahun yang penuh tantangan di industri pembiayaan. Sektor pembiayaan konsumen diperkirakan hanya akan tumbuh sekitar 0,1 persen akibat turunnya permintaan kendaraan bermotor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Daya beli masyarakat turun sehingga mengakibatkan penjualan otomotif turun, baik roda empat maupun roda dua,” ujar Presiden Direktur PT Chandra Sakti Utama Leasing ini .

Sementara, menurutnya sektor pembiayaan pengusaha masih tersendat akibat turunnya harga komoditas dan lambatnya implementasi proyek infrastruktur pemerintah. Hal itu berdampak pada turunnya permintaan alat berat yang menjadi pasar industri pembiayaan.

Suwandi mencatat, penjualan alat berat mengalami penurunan tiga tahun terakhir. Diperkirakan, tahun lalu penjualan alat berat turun 35 persen dibandingkan tahun 2014.

“Kalau semuanya turun walaupun ada bekasnya, tapi belum mengangkat karena masalahnya ada di daya beli. Daya beli karena masalah keadaan ekonomi yang tidak mendukung, tidak kondusif di tahun 2015,” tuturnya.

Lebih lanjut, APPI melansir per akhir November 2015, aset perusahaan pembiayaan mencapai Rp425 triliun atau hanya tumbuh sebesar tiga persen secara tahunan. Sementara, untuk piutang pembiayaan turun tipis sebesar 0,14 persen menjadi Rp363,6 triliun.

“Namun demikian ada yang sedikit membanggakan kita. Non Performing Financing (NPF) industri pembiayaan per November 2015 adalah 1,43 persen,” ujarnya.

Tahun ini, Suwandi berharap laba perusahaan pembiayaan bisa meningkat paling tidak 9 persen menyusul perbaikan ekonomi dan percepatan pelaksanaan proyek infrastruktur pemerintah. Proyek infrastruktur, lanjut Suwandi, diharapkan bisa menjadi motor penggerak ekonomi di tengah lesunya sektor komoditas.

“Semoga di tahun ini dengan semua proyek (infrastrktur) turun, ada Trans Sumatera, ada proyek-proyek lain sehingga tidak lagi ada ketergantungan terhadap sektor pertambangan,” ujarnya.

Dari sisi aset, Suwandi memperkirakan pertumbuhan aset industri pembiayaan akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yaitu di kisaran 5 persen hingga sedikit di bawah 10 persen.

“Kalau sebelumnya di perusahaan pembiayaan kendaraan, untuk roda dua itu yang daya belinya naik. Kalau kemarin semua industri turun, semua pembeli roda empat dan roda dua cenderung menahan,” ujarnya.

Meski berencana menggenjot penyaluran kredit, Suwandi menyatakan pihaknya tetap akan menjaga rasio pembiayaan gagal bayar di level 1,4 – 1,6 persen pada tahun 2016. Hal itu dilakukan dengan cara mempertahankan kualitas portofolio yang baik. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER