Saham Regional Asia dan IHSG Dibuka Menanjak

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 04 Feb 2016 09:34 WIB
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang .MIAPJ0000PUS naik 0,9 persen, sementara IHSG dibuka menanjak 0,23 persen ke level 4.607.
Pembukaan perdagangan saham 2016 di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 4 Januari 2016. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa saham Asia menguat pada pembukaan Kamis karena spekulasi Federal Reserve mungkin memilih untuk tidak menaikkan suku bunga di sepanjang tahun ini karena dolar AS melemah dan memicu penaikan besar di harga minyak.

Dalam beberapa sesi perdagangan, mata uang AS menderita penurunan terbesarnya dalam satu hari di luar krisis 1998 dan 2008, memperlihatkan gejala betapa posisi penguatan telah dimulai.

Pembalikan yang tiba-tiba memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk komoditas yang tengah lesu, mendorong harga minyak naik tidak kurang dari 8 persen, dan mengurangi tekanan pada saham energi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penguatan juga ditunjukkan di pasar ekuitas di mana indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang .MIAPJ0000PUS naik 0,9 persen. Sementara indeks sumber daya Australia naik 1 persen dan Korea Selatan .KS11 menguat 0,5 persen.

Investor Jepang, bagaimanapun, tampak tidak bahagia dengan kekuatan baru yang ditemukan yen terhadap AS dolar dan menyikut Nikkei N225 turun lagi 1 persen.

Sementara itu, IHSG dibuka menanjak 0,23 persen ke level 4.607 pada pembukaan perdagangan hari ini, dari penutupan sebelumnya di angka 4.596.

Wall Street telah mengambil isyarat dari minyak dan membalikkan awal kerugian pada hari Rabu, dalam sesi liar yang membuat Dow Jones berayun di kisaran 420 poin.

Dow DJI berakhir menguat sampai 1,13 persen, sedangkan S&P 500 naik 0,5 persen dan Nasdaq Composite .IXIC melemah 0,28 persen.

Pelaku pasar tidak yakin dengan apa yang memicu kekalahan dolar AS, meskipun banyak merujuk komentar dari Presiden Federal Reserve Bank New York William Dudley yang menyatakan bahwa kondisi keuangan yang lebih ketat akan diperhitungkan dalam pertemuan berikutnya pada bulan Maret.

Dalam sebuah wawancara, Dudley juga memperingatkan bahwa kenaikan tajam dalam dolar AS bisa memiliki "konsekuensi yang signifikan" bagi perekonomian AS.

Investor menganggap bahwa The Fed tidak ingin melihat mata uang naik lebih jauh dan mungkin menunda kenaikan suku bunga lebih lanjut. Dampak itu diperkuat oleh data mengejutkan sektor jasa AS yang melambat, dalam serangkaian indikator ekonomi yang mengecewakan.

Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto menilai data ekonomi AS yang kurang menggembirakan menjadi pemicu anjloknya dolar AS. David menyatakan, kemarin data Indeks ISM Non-Manufacturing PMI Januari 2016 turun ke 53,5 di bawah angka bulan sebelumnya 55,3 dan konsensus ekonom sebesar 55,1.

“Ini mengindikasikan industri jasa di AS mengalami perlambatan pertumbuhan,” katanya.

David mengatakan melonjaknya harga minyak mentah tadi malam akan berdampak positif bagi pergerakan harga saham berbasiskan komoditas. Menurutnya IHSG diperkirakan berpeluang melanjutkan penguatannya.

“Pelemahan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia lainnya juga bisa berdampak pada penguatan rupiah. IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4.540 hingga 4.620 cenderung menguat,” katanya. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER