AAJI Bidik Premi Unit Link Hingga Rp83,19 Triliun Tahun Ini

CNN Indonesia
Jumat, 26 Feb 2016 14:39 WIB
Alasannya, penetrasi asuransi unit link di Indonesia masih relatif rendah, baru mencapai 1,4 persen Produk Domestik Bruto (PDB).
Petugas mengangkat tumpukan uang kertas rupiah di Cash Center BNI, Jakarta, Rabu, 1 April 2015. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) membidik pertumbuhan premi untuk produk unit link hingga 15 persen menjadi Rp83,19 triliun pada tahun 2016.

Untuk diketahui, unit link merupakan produk asuransi yang memberikan manfaat perlindungan (proteksi) dan investasi bagi pemegang polis.

Berdasarkan data AAJI (belum diaudit/unaudited), tahun lalu pertumbuhan premi asuransi unit link mencapai 8,73 persen menjadi Rp72,34 triliun. Angka itu lebih tinggi dari total peningkatan premi produk asuransi tradisional, 4,08 persen, dengan total nilai sebesar Rp56,32 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Target pertumbuhan unit link tahun ini juga masih sekitar 10-15 persen,” tutur Ketua Bidang Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga AAJI Christine Setyabudi usai menghadiri “Seminar dan Penganugerahan Infobank Unit Link Awards 2016” di Hotel Le Meridien, Jakarta, Jumat (26/2).

Optimisme Presiden Direktur PT Asuransi Jiwa BCA ini ditopang oleh membaiknya bisnis asuransi secara keseluruhan. Bahkan, disebutnya, AAJI memperkirakan bisnis asuransi jiwa bisa tumbuh hingga 16 persen tahun ini. Hal itu didukung oleh adanya tren penurunan suku bunga bank, rendahnya tingkat inflasi, dan volatilitas di pasar modal.

Selain itu, penetrasi asuransi unit link di Indonesia masih relatif rendah. Tahun lalu, total premi unit link apabila dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional baru mencapai 1,4 persen PDB.

Dari sisi total premi, tahun lalu, premi unit link mendominasi sekitar 60 persen dibandingkan produk tradisional. Namun, dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan premi baru unit link mengalami penurunan.

“Hal ini menjadi tantangan tersendiri,” ujarnya.

Menurut Christine, beberapa tantangan dalam memasarkan produk unit link di Indonesia antara lain masih rendahnya kesadaran berasuransi dan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai investasi, khususnya unit link, dan masih terbatasnya profesionalisme dan kualitas agen penjual asuransi (financial advisor) masih. Selain itu, desain produk harus terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar.

Ke depan, pendalaman pasar unit link terus dilakukan pelaku pasar mengingat produk unit link lebih banyak dimiliki oleh masyarakat kelas menengah atas. Saat ini, lanjut Christine, sudah ada beberapa perusahaan yang memasarkan produk unit link dengan harga yang relatif terjangkau. Dengan demikian, produk unit link akan lebih banyak ditangkap oleh pembeli pertama asuransi.

“Untuk memperdalam pasar, kami harus membuka pasar yang bawah dengan menjual premi yang lebih murah. Sekarang ada yang sudah mulai menjual premi (unit link) Rp500 ribu sebulan,” ujarnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER