Suku Bunga Bank Rendah Berisiko Hambat Pertumbuhan Ekonomi

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Selasa, 01 Mar 2016 11:06 WIB
Ekonom Faisal Basri mengaitkan angka pertumbuhan ekonomi Singapura, Malaysia, Jepang, dan Brazil yang rendah dengan kebijakan suku bunga rendah negara tersebut.
Ekonom Faisal Basri mengaitkan angka pertumbuhan ekonomi Singapura, Malaysia, Jepang, dan Brazil yang rendah dengan kebijakan suku bunga rendah negara tersebut. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengingatkan akan risiko pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat jika pemerintah mendorong kebijakan penurunan suku bunga perbankan seperti yang gencar dilakukan belakangan ini.

Ia mencontohkan hal tersebut telah terjadi di Singapura, Malaysia, Jepang, dan Brazil yang suku bunga bank-nya lebih rendah dibandingkan Indonesia. Singapura dan Malaysia menurut Faisal mengalami pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah dari Indonesia. Kemudian suku bunga di Jepang dan zona Euro yang mendekati 0 persen tetapi pertumbuhan ekonominya juga mendekati nol.

“Brazil sedang mengalami tekanan ekonomi yang amat parah. Suku bunga deposito minus 15,7 persen, sehingga tidak heran dana keluar sangat besar yang membuat mata uang Brazil terpuruk. Apakah tingkat suku bunga merupakan penghambat utama investasi dan pertumbuhan ekonomi?” kata Faisal dalam riset, dikutip Selasa (1/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) tersebut justru berpendapat, keberhasilan pemerintah menekan inflasi jauh lebih penting dibandingkan penurunan suku bunga.

“Juga kebijakan yang membuat pasokan kredit naik tajam sehingga meningkatkan persaingan di pasar kredit sangat berarti untuk menurunkan suku bunga, yang tak kalah penting adalah konsolidasi perbankan dimulai dari bank-bank milik negara (BUMN),” jelas Faisal.

Tidak Efisien

Faisal mengaku dapat memahami keinginan pemerintah menekan suku bunga perbankan adalah untuk meningkatkan penyaluran kredit ke masyarakat dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas perekonomian. Namun, ia mencatat bank dari negara-negara Asean lainnya bisa menerbitkan suku bunga rendah disebabkan setidaknya oleh tiga faktor yang tidak dimiliki perbankan Indonesia.

Pertama, beberapa negara Asean telah berhasil melakukan konsolidasi perbankan seperti Singapura, Malaysia, dan juga di luar Asean yaitu Korea Selatan. Dengan konsolidasi, maka modal bank di negara itu semakin kuat dan tercapai keekonomian skala (economies of scale), sehingga efisiensi meningkat.

“Tak heran jika dalam hal aset maupun ekuitas, bank-bank papan atas Indonesia tercecer di bawah bank-bank asal negara tersebut,” kata Faisal.

Kedua, pasokan kredit yang relatif besar sehingga memunculkan persaingan suku bunga yang lebih ketat.

“Penghambat lainnya yang membuat suku bunga sulit turun berasal dari pemerintah sendiri. Bagaimana mungkin perbankan bisa bersaing dengan pemerintah yang menjajakan Sukuk Negara Ritel seri SR-003 dengan coupon rate 8,15 persen. Tentu saja jualan pemerintah laris manis, mengakibatkan pengalihan dana dari perbankan ke pemerintah,” tegasnya. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER