Jakarta, CNN Indonesia -- Perbankan mengatakan siap menurunkan suku bunga kredit korporasi menjadi
single digit setelah adanya wacana pemangkasan (
capping) bunga deposito oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hal ini diharapkan mampu menghemat biaya pendanaan (
cost of fund) pembiayaan perbankan sehingga peluang penurunan suku bunga kredit bisa lebih besar.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Budi Gunadi Sadikin mengatakan penurunan bunga kredit korporasi memang sudah lama direncanakan perusahaan. Namun, hal itu baru bisa dilakukan jika capping bunga deposito benar-benar bisa menurunkan
cost of fund Bank Mandiri saat ini di angka 3,7 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dampak itu mungkin tidak dapat dilihat dalam waktu dekat, paling tiga hingga empat bulan mendatang baru bisa terlihat apakah penurunan suku bunga deposito memang berpengaruh terhadap
cost of fund," jelas Budi di Jakarta, kemarin malam.
Ia menambahkan, bunga kredit korporasi Bank Mandiri memang sudah ada yang di kisaran
single digit bagi beberapa sektor tertentu, tetapi ia tak menyebut jenis-jenis sektornya. Ia juga mengaku ingin membuat suku bunga kredit seluruh sektor korporasi di bawah 10 persen, tapi ada beberapa sektor yang resiko pengembaliannya lebih rawan dibanding sektor lainnya.
Sebagai informasi, saat ini Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Bank Mandiri untuk korporasi per 31 Desember 2015 adalah sebesar 10,5 persen dengan kredit outstanding sebesar Rp200,1 triliun atau 37,75 persen dari total penyaluran kredit Bank Mandiri sebesar Rp529,97 triliun.
"
Credit profile masing-masing sektor itu berbeda-beda, makanya suku bunga korporasi tak bisa disamakan. Selain itu, kami juga menunggu inflasi turun karena free risk kan nantinya juga ikut turun. Memang harus beriringan turunnya," jelas Budi.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Haru Koesmahargyo mengatakan suku bunga kredit korporasi merupakan prioritas penurunan utama karena angkanya lebih kecil dibandingkan suku bunga lainnya.
Berdasarkan SBDK BRI per 1 Januari 2016, bunga kredit korporasi berada di angka 10,75 persen atau lebih kecil dibandingkan kredit mikro (19,75 persen), kredit konsumsi non-Kredit Pembiayaan Rumah (KPR) (12,5 persen), dan kredit ritel (11,5 persen).
"Selain itu, biaya
overhead untuk kredit korporasi memang relatif lebih kecil dibanding lainnya. Faktor-faktor itu yang membuat peluang (suku bunga turun) di korporasi justru lebih tinggi," ujarnya di lokasi yang sama.
Setali tiga uang dengan Budi, Haru mengatakan peluang itu terbuka setelah adanya pembatasan bunga deposito. Apalagi menurutnya, penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) menjadi 6,5 persen dari angka 7,5 persen pada tanggal 16 Maret mendatang bisa membuat bank melakukan hal tersebut.
Menurutnya, penurunan GWM bisa menambah likuiditas yang berimbas pada penurunan angka
Loan to Deposit Ratio (LDR). Jika LDR semakin rendah, maka penurunan suku bunga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan pada saat likuiditas mengetat.
Haru mengatakan, saat ini LDR BRI berada di angka 88 hingga 89 persen. Angka itu sedikit meningkat dibandingkan akhir Desember lalu dengan besaran 86,88 persen.
"Kalau LDR turun, peluang suku bunga turun akan semakin besar," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kredit korporasi sudah seharusnya menyentuh angka single digit demi mendorong produktivitas dan ekspansi perusahaan. Sehingga pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih melaju kencang.
"Tingkat bunga harus lebih rendah supaya bisa merealisasikan investasi dan kemudian kita bisa mencapai pertumbuhan yang lebih baik walaupun ekonomi dunia melambat,” tutur Darmin akhir bulan lalu.
(gir)