Jakarta, CNN Indonesia -- Anak usaha grup Sinar Mas, Asia Pulp and Paper (APP) menyiapkan dana sebesar US$20 juta atau sekitar Rp261,2 miliar untuk mencegah sekaligus melakukan penanganan kebakaran lahan dan hutan (karlahut) tahun ini.
Direktur Sinar Mas Forestry Elim Sritaba menjelaskan uang tersebut telah dianggarkan untuk mendanai program Desa Makmur Peduli Api (DMPA), peningkatan kemampuan tim pemadam kebakaran, modernisasi peralatan pemadaman, sekaligus mengembangkan sistem pemadaman terintegrasi.
“Kami juga menggunakan teknologi
geothermal yang baru pertama kali digunakan di Indonesia untuk mendeteksi dini titik api. Targetnya tahun ini kami sudah siap menghadapi kemarau, dalam kondisi ekstrem sekalipun, seperti bencana El Nino tahun lalu,” kata Elim, Jumat (18/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, General Manager Fire Management APP – Sinar Mas Sujica Lusaka mengatakan ide menggunakan teknologi
geothermal dengan menggandeng perusahaan asal Australia muncul setelah melihat kondisi tahun sebelumnya. Di mana upaya melakukan pendeteksian api belum berlangsung optimal.
“Sebelumnya kami masih menggunakan data
hotspot dari beberapa
website yang kemudian kami
overlay dengan peta lokasi. Pemantauan melalui
tower api juga belum optimal, karena titik api kerap terlihat saat telah besar dan timbul asap,” kata Sujica.
Ia berpendapat, segala upaya pemadaman sudah terlambat jika kondisi udara sudah terselimuti asap yang pekat.
“Bahkan pemadaman dari udara sukar dilakukan dengan tepat akibat jarak pandang yang terbatas,” jelasnya.
Teknologi
geothermal sendiri telah digunakan oleh Australia, Kanada, serta Afrika Selatan untuk menangkap perbedaan suhu di permukaan tanah. Sehingga mampu mendeteksi titik api di lahan gambut yang kerap tidak terlihat secara kasat mata.
“Prinsip kerjanya mendeteksi suhu di permukaan, titik api akan terdeteksi jika pada area tertentu terdeteksi suhu panas yang berbeda (ekstrem),” ujar Sujica.
Ia menambahkan thermal camera yang dibawa mengudara menggunakan pesawat Cessna 206H Stationair milik perusahaan ini, akan ditempatkan di Jambi. Pertimbangan utamanya adalah, rute perjalanan harian untuk memantau wilayah Jambi – Riau – Jambi – Sumatera Selatan hanya akan memakan waktu sekitar 2 jam.
“Begitu panas terdeteksi, maka sistem akan mengirimkan data serta meng-
overlay ke dalam peta konsesi, dimana lokasi titik api akan langsung terlihat. Keseluruhan waktu yang dibutuhkan mulai dari informasi ini awal hingga posisi api, akan sampai kepada tim
forest fire kami maksimal 50 menit,” ungkap Sujica.
Pesawat yang diawaki seorang pilot, didampingi seorang operator ini akan terbang harian sesuai dengan kondisi daerah yang dimonitor oleh perusahaan sesuai dengan acuan
fire danger rating system (FDRS).
"Apabila FDRS menunjukan warna kuning atau merah maka frekuensi patroli di daerah tersebut akan di tingkatkan menjadi 2-3 kali lipat. Dalam pengoperasiannya, tidak menutup kemungkinan, sistem ini akan mendeteksi titik api yang berasal dari luar konsesi kami. Hal ini akan kami informasikan ke pemerintah daerah dan BPBD terkait,” tambah Sujica yang juga membenarkan akan ada kerjasama dengan pihak BNPB terkait sinergi informasi titik api.
“Sistem ini terbilang baru dikembangkan, serta menggunakan teknogi terkini, dan Sinar Mas merupakan perusahaan yang pertama kali menggunakannya,” ujar Paul M. Dare, CEO Aeroscientific selaku perusahaan penyedia teknologi kamera geothermal.