Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) menyatakan kesiapannya dalam menghadapi tantangan dan peluang dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Namun untuk dapat bersaing di MEA, satu hal yang diperlukan para pengusaha adalah perbaikan infrastruktur transportasi.
Ketua Umum Asperindo Muhammad Kadrial mengungkapkan implementasi MEA menuntut seluruh pelaku industri untuk lebih meningkatkan kapasitas, kualitas dan profesionalitas. Pasalnya, pasar yang lebih besar akan membuat kompetitor bertambah semakin banyak.
“Untuk itu, kalangan regulator dan pelaku industri harus membenahi sistem industri logistik, khususnya pada regulasi, infrastruktur, dan teknologi,” ujar Kadrial di Jakarta, Senin (21/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi infrastruktur, Kadrial berharap pemerintah terus melakukan pembenahan baik di jalur darat, udara, dan laut, hingga masalah pergudangan.
“Kalau infrastruktur bagus, logistik akan murah karena perputarannya akan lebih cepat,” ujarnya.
Sementara, di sisi regulasi, Asperindo berharap membentuk satu kementerian ataupun lembaga khusus yang bertugas menangani urusan kebijakan logistik. Hal itu dilakukan agar sinkronisasi kebijakan maupun perizinan terkait jasa ekspres, pos,dan logistik bisa terwujud.
Berdasarkan pengamatan Kadrial di lapangan, saat ini masing-masing kementerian terkait memiliki kebijakan sendiri dan kurang melakukan koordinasi.
“Kami mengimbau pemerintah logistik ini mesti diatur dalam satu badan, satu kementerian, karena kalau sudah diatur dalam satu badan sudah pasti akan sinkron,” ujarnya.
Menurut Kadrial, potensi industri ekspres, pos, dan logistik untuk tumbuh pesat sangat besar di Indonesia. Hal itu didukung oleh jumlah penduduk yang besar dan kondisi geografis Indonesia yang sangat luas.
“Asperindo memproyeksikan tingkat pertumbuhan khusus sektor ini dapat mencapai lebih dari 14 persen,” ujarnya.
Bisnis OnlineSelain itu, peluang pertumbuhan tersebut juga sejalan dengan pesatnya perkembangan model bisnis berbasis
online (e-
commerce) dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Asperindo memperkirakan pertumbuhan bisnis e-
commerce akan mencapai 40 persen atau menyumbang 25 persen dari seluruh pertumbuhan industri logistik nasional yang diperkirakan tumbuh hingga 15,2 persen hingga 2019.
Lebih lanjut, model kemitraan pelaku e-
commerce dan pelaku jasa pengiriman merupakan simbiosis mutualisme. Oleh karenanya, harmonisasi industri jasa pengiriman, e-
commerce, dan aplikasi teknologi memiliki peranan penting.
“Inovasi berbagai aplikasi untuk kinerja internal perusahaan, kurir, gudang dan sebagainya akan memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan kemudahan dalam berbisnis,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Asperindo Amir Syarifudin menambahkan kesiapan asosiasi dan langkah yang akan diambil dalam menghadapi MEA akan dibahas lebih lanjut dalam Musyawarah Nasional (Munas) IX Asperindo yang akan digelar di Cipayung, Bogor, pada 22-24 Maret 2016.
Dalam Munas tersebut, lanjut Amir, asosisasi akan membicarakan upaya meningkatkan kemampuan anggota agar mampu bersaing dengan perusahaan asing di era pasar bebas ASEAN. Salah satu langkah yang akan ditempuh adalah dengan memperkuat kerjasama dan sinergi antar anggota.
"Kami berharap semua bersinergi demi menghadapi MEA," ujarnya.
Sebagai informasi, Asperindo saat ini membawahi 277 perusahaan ekspres, pos, dan logistik dan lebih dari 15.000 perusahaan tingkat cabang, agen, gerai, di seluruh Indonesia.
(gen)