ADB: Reformasi Struktural jadi Obat Pelemahan Ekonomi

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Rabu, 23 Mar 2016 17:42 WIB
Director for Economic Analysis ADB Edimon Ginting mengatakan reformasi struktural terbukti menjadi obat bagi masalah ekonomi di berbagai negara.
Director for Economic Analysis ADB Edimon Ginting mengatakan reformasi struktural terbukti menjadi obat bagi masalah ekonomi di berbagai negara. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) optimistis rencana pemerintah untuk melakukan reformasi struktural dan menggenjot infrastruktur mampu mendongkrak perekonomian Indonesia tahun ini di tengah perlambatan ekonomi global.

Director for Economic Analysis ADB Edimon Ginting mengatakan hampir seluruh negara di dunia saat ini mengalami penurunan potensi pertumbuhan ekonomi akibat anjloknya harga komoditas global.

"Kalau turun apa obatnya? Bukan makro, bukan fiskal ataupun moneter. Fiskal dan moneter cuma sebentar 1-2 tahun. Tapi obat sebetulnya reformasi struktural, ini yang bikin penting. Ini terbukti di beberapa negara," kata Edimon usai acara BI-ADB Joint Workshop di kantor Bank Indonesia pusat, Jakarta, Rabu (23/3)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, bagi Indonesia yang terdiri dari berbagai provinsi dengan permasalahan yang berbeda-beda, perlu dilihat permasalahan dari kacamata daerah. Namun, upaya untuk mereformasi harus dilakukan secara berkelanjutan dan tidak berhenti di tahun ini.

"Kita harus fokus pada investasi, baik domestik maupun asing. Selain itu, sumber pertumbuhan ekonomi kita adalah bagaimana caranya lebih produktif," katanya.

Ia mengatakan ADB memiliki proyeksi petumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih tinggi dari prediksi IMF atau Bank Dunia. Dia menilai kondisi ekonomi Indonesia tahun ini lebih baik dari tahun 2015. Namun proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak terlalu tinggi seperti patokan pemerintah dalam APBN 2016 yang sebesar 5,3 sampai 5,5 persen.

"Tapi mungkin tidak akan setinggi yang diproyeksikan pemerintah karena kita tahu pemerintah itu juga sebagian proyeksinya belum merefleksikan apa yang terjadi terkini, barangkali ada beberapa hal yang perlu di adjust, melihat kondisinya yang sudah berubah," katanya.

Korbankan Defisit Transaksi Berjalan

Sementara itu Bank Indonesia (BI) memprediksi neraca transaksi berjalan (CAD) akan tetap mengalami defisit, bahkan melebar dari target tahun ini akibat tingginya aktivitas ekspor impor bahan baku dan modal guna menopang pembangunan infrastruktur.

"Wajar kalau tahun ini dengan infrastruktur yang meningkat, belanja modal yang meningkat, investasi pemerintah yang meningkat, tentu saja ada dampaknya terhadap transaksi berjalan," ujar Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.

Pelebaran CAD tahun ini diprediksi BI mencapai 2,6 persen dari PDB. Naik dari tahun sebelumnya yang mencapai 2 persen.

"Dari sisi makro ekonomi, ini tidak membahayakan," katanya.

Meski CAD diprediksi melebar, Perry menjamin otoritas fiskal dan moneter akan berkoordinasi guna menjaga keseimbangan kondisi perekonomian.

"Mari kita percepat reformasi struktural, tentu kita akan balance supaya stabil dan untuk tahun ini dan beberapa tahun ke depan, kita belum melihat adanya suatu bahaya dalam stabilitas makro ekonomi," katanya. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER