Pembangunan Smelter di Indonesia Jauh dari Harapan

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Senin, 04 Apr 2016 17:31 WIB
Dengan masih minimnya realisasi pembangunan smelter, program hilirisasi terancam kembali molor.
Ilustrasi smelter nikel. (REUTERS/Yusuf Ahmad)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana pemerintah menerapkan program hilirisasi pada 2017 terancam kembali molor.

Sebab, sampai dengan awal kuartal II tahun ini jumlah fasilitas pemurnian biji mineral mentah (ore) yang terbangun di Indonesia tak lebih 30 persen dari seluruh proyek yang tercatat di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Masih kecil sekitar 20 sampai 30 persen dari jumlah yang mengajukan," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara, Kementerian ESDM Bambang Gatot di Jakarta, Senin (4/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip catatan Kementerian ESDM, saat ini terdapat tak kurang dari 71 smelter yang akan dibangun di Indonesia.

Bambang mengakui, banyaknya jumlah smelter yang dibangun tak lepas dari program hilirisasi yang diusung pemerintah demi meningkatkan nilai tambah komoditas mineral nasional.

Namun kata dia, dari jumlah proyek yang tercatat nyatanya baru 25 smelter yang kemajuannya lebih dari 81 persen.

Sementara 56 lainnya masih belum menunjukkan perkembangan yang berarti termasuk proyek smelter tembaga yang dibangun PT Freeport Indonesia (PTFI).

"Ya, mungkin (terlambat) ya," tutur Bambang.


Seperti diketahui, Kementerian ESDM menargetkan akan terdapat sedikitnya 7 smelter yang selesai 2016.

Tujuh smelter tersebut dimiliki oleh:

1. PT Megah Surya Pertiwi di Halmahera Selatan, Maluku Utara dengan produksi Feronikel mencapai 186.000 ton per tahun. Smelter ini diproyeksikan rampung pada kuartal ketiga 2016.

2. PT Karyatama Konawe Utara di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara dengan Produksi Nikel Pig Iron sebesar 50.000 ton per tahun. Smelter ini diproyeksikan rampung pada akhir 2016.

3. PT First Pasific Mining di Halmahera Tengah, Maluku Utara dengan produksi Feronikel 30.000 ton per tahun. Smelter ini ditargetkan rampung kuartal pertama 2016.

4. PT Well Harvest Miining di Ketapang, Kalimantan Barat dengan produksi Smelter Grade Alumnia (SGA) mencapai 2 juta-4 juta ton per tahun. Smelter ini ditargetkan rampung akhir 2016.

5. PT Lumbung Mineral Sentosa di Bogor, Jawa Barat dengan produksi Bullion Lead 24.000 ton per tahun. Rencananya smelter ini kelar pada Juni 2016.

6. PT Kapuas Prima Coal di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah dengan produksi Bullion Lead sebesar 18.000 ton per tahun. Smelter ini diproyeksikan selesai pada Maret 2016.

7. PT BCMG Tani Berkah di Bogor, Jawa Barat dengan produksi Bullion Lead sebesar 15.000 ton per tahun. Smelter ini ditargetkan rampung Desember 2016.

Berbeda dengan Kementerian ESDM, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat adanya peningkatan minat investasi di bidang hilirisasi mineral (smelter) sebesar Rp59,22 triliun di Januari 2016, atau meningkat 12,7 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 4,6 triliun.

Kepala BKPM, Franky Sibarani mengatakan hal tersebut memiliki proporsi 28,74 persen dari total minat investasi Rp206 triliun sepanjang bulan Januari kemarin. Adanya hal ini, tambahnya, merupakan hal menggembirakan karena investor pertambangan di Indonesia melihat potensi smelter semenjak diberlakukannya kebijakan hilirisasi hasil pertambangan.

"Kami sangat gembira dengan peningkatan investasi smelter ini karena artinya sudah banyak investor pertambangan yang mematuhi peraturan yang berlaku," terang Franky beberapa waktu lalu. (dim)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER