Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan konsultan properti Colliers International Indonesia mencatat penjualan lahan industri di kawasan Jakarta dan sekitarnya (Greater Jakarta) hanya mencapai 19,39 hektare di kuartal I 2016. Angka itu menurun 76,4 persen dibandingkan penjualan periode yang sama tahun lalu seluas 82,18 hektare.
Kendati demikian, Associate Director Colliers Ferry Salanto mengatakan penjualan lahan ini membaik dibandingkan kuartal terakhir tahun sebelumnya seluas 17,35 hektare. Dari seluruh kawasan industri di Greater Jakarta, Kawasan Industri Modern Cikande di Banten memegang transaksi terbesar yaitu 5,5 hektare, atau 28,36 persen dari total lahan terjual.
"Pertumbuhan penjualan kawasan industri di kawasan Tangerang dan Banten kini memang sedang bertumbuh karena harga lahannya yang murah dibanding lokasi lainnya. Perbedaan harganya bisa mencapai 20 persen lebih murah dari Bekasi," ujar Ferry di Jakarta, Rabu (6/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia merinci, harga rata-rata kawasan industri di Tangerang bisa mencapai US$144,16 per meter persegi, di mana harga lahan ini relatif lebih murah dibanding Karawang yang mencapai US$185 per meter persegi atau Bekasi dengan banderol US$221,51 per meter persegi. Ia memprediksi, nantinya penjualan lahan industri akan lebih banyak terjadi di lokasi tersebut.
"Namun kami rasa hal itu tak akan terjadi dalam waktu dekat karena
demand-nya sedang lemah," lanjutnya.
Melengkapi ucapan Ferry, Associate Director Colliers Industrial Services Colliers Rivan Munansa mengatakan jatuhnya penjualan lahan industri pada kuartal I tahun ini bukan karena ekonomi yang tengah melesu.
Ia beralasan, calon
tenant masih enggan mengeluarkan uangnya untuk berinvestasi karena masih menunggu kebijakan-kebijakan Pemerintah di bidang infrastruktur.
"Seperti contohnya, perusahaan masih menunggu kepastian perpindahan pembangunan pelabuhan Cilamaya ke Patimban makanya
demand agak menurun. Sebenarnya para perusahaan memiliki uangnya, namun belum digelontorkan saja," ujar Rivan.
Selain itu, rendahnya penjualan disebabkan karena
tenant-tenant baru hanya menggunakan lahan yang tidak begitu luas. Hal ini, jelasnya, jauh berbeda dibandingkan penjualan lahan industri di tahun 2011 yang didominasi investasi otomotif, yang biasanya membutuhkan lahan yang luas.
Lebih lanjut, ia memperkirakan pelemahan penjualan lahan industri masih akan berlanjut sepanjang tahun ini. Meskipun Pemerintah telah memberikan berbagai kemudahan di dalam berinvestasi di kawasan industri, namun ia merasa dampaknya tidak akan dirasakan dalam jangka pendek.
Sebagai informasi, sebelumnya Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 142 tahun 2015 tentang kawasan industri yang berisikan kemudahan fiskal dan perizinan membangun di kawasan industri. Selain itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) juga telah meluncurkan Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK).
"Memang perlu ada laporan dari lapangan, bagaimana kebijakan ini berjalan aslinya. Tapi kami rasa, kebijakan itu tak serta merta meningkatkan penjualan lahan industri dalam waktu sekejap," ujarnya.