Golden Agri Nyatakan Produknya Anti Deforestasi

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 26 Apr 2016 23:05 WIB
Industri memiliki bukti telah menjalankan praktik sawit hijau dan berkelanjutan untuk merespon permintaan konsumen global.
industri memiliki bukti telah menjalankan praktik sawit hijau dan berkelanjutan untuk merespon permintaan konsumen global (REUTERS/Thomas White).
Jakarta, CNN Indonesia -- Golden Agri-Resources (GAR) mengumumkan rencana mencapai 100 persen kemamputelusuran (tracebility) hingga ke perkebunan untuk semua sumber minyak sawit yang dibeli dan diproses hingga 2020. Upaya ini melanjutkan pemetaan GAR atas seluruh rantai pasokan untuk 489 pabrik kelapa sawitnya awal tahun ini.

"Kami memelopori komitmen dalam memutus keterkaitan antara produksi minyak kelapa sawit dengan deforestasi pada tahun 2011 dan berharap bahwa kami dapat memberikan contoh baru untuk meningkatkan keterlibatan, produktivitas, dan praktek keberlanjutan di industri kelapa sawit," tutur Managing Director for Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement GAR, Agus Purnomo di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (26/4).

Program ini akan fokus pada penelusuran petani baik secara langsung maupun melalui perantara dengan verifikasi dan dokumentasi rantai pengawasan. Dengan membangun keterlibatan tersebut diharapkan bisa membantu untuk mengidentifikasi para pemasok yang paling membutuhkan dukunga untuk memperkuat praktik-praktik sosial dan lingkungan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Agus, ada tiga manfaat kemamputelusuran produk sawit bagi industri. Pertama, industri memiliki bukti telah menjalankan praktik sawit hijau dan berkelanjutan untuk merespon permintaan konsumen global.

Kedua, dokumentasi dan pencatatan memberikan data bagi perusahaan untuk membuat perencanaan bisnis ke depan. Hal itu penting mengingat bisnis sawit memiliki beberapa risiko diantaranya gangguan cuaca hingga kebakaran yang bisa mengganggu ketersediaan pasokan.

"Informasi itu penting bagi kami untuk mengelola risiko," ujarnya.

Manfaat ketiga, lanjut Agus, kemamputelusuran bisa memperbaiki citra produk sawit Indonesia yang kerap mendapatkan kampanye hitam (black campaign).

"Black campaign hanya bisa dilawan dengan transparansi," ujarnya.

Dirinci Agus, rencana GAR terdiri dari dua tahap. Langkah pertama adalah membangun kemamputelusuran hingga ke perkebunan untuk 44 pabrik yang dimilikinya sendiri hingga akhir tahun 2017. Pabrik-pabrik itu mencakup 40 persen dari total produksi minyak kelapa sawit.

Upaya tersebut meliputi penelusuran Tandan Buah Segar (TBS) yang dibeli pabrik-pabrik tersebut dari para pedagang independen dan atau petani swadaya yang menyokong 10 persen dari pasokan ke pabrik GAR. Sementara, 90 persen dari pasokan berasal dari sumber yang telah diketahui, seperti petani plasma dan perkebunan milik GAR.

Tahap kedua, ditargetkan rampung 2020, akan dilaksanakan secara serentak dengan mewujudkan kemamputelusuran hingga ke perkebunan untuk pabrik-pabrik pihak ketiga yang menjadi pemasok GAR.

Lebih lanjut, GAR akan memulai tahap uji coba yang melibatkan pabrik milik GAR dan pabrik milik pihak ketiga. Hasil uji coba itu akan direplikasikan di pabrik lainnya.

Hendrikus Nauli, Direktur PT Sugih Riest Jaya, salah satu pemasok pihak ketiga GAR, menyadari tantangan untuk melaksanakan program tersebut. Kendati demikian, dia menyadari manfaat jangka panjangnya.

"Kami dapat memenuhi permintaan pelanggan atas produk-produk yang dapat ditelusuri hingga ke sumber asalnya, dan pasa saat yang sama dapat berkontribusi untuk membangun industri kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dengan mengetahui dan menjangkay setiap petani binaan kami agar dapat memberikan dukungan untuk mengadopsi praktik-praktik berkebun yang lebih baik," ujar Hendrikus. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER