Sorong, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berharap pemerintah bisa segera merealisasikan pembentukan perusahaan induk (
holding) badan usaha milik negara (BUMN) di sektor energi. Terbentuknya
holding perusahaan pelat merah kedua di Indonesia tersebut dinilai akan memberi banyak keuntungan bagi negara ke depannya.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto berpendapat, pembentukan
holding BUMN energi terutama akan memperkuat kemampuan perusahaan dalam mendanai proyek-proyek yang akan dikerjakannya.
Menurut Dwi, Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah untuk membangun sejumlah infrastruktur demi meningkatkan ketahanan energi nasional. Sehingga menurutnya, pembentukan
holding BUMN energi ini memiliki urgensi yang tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Urgensinya, sinergi keuangan akan menciptakan kemampuan pendanaan sehingga kita bisa berinvestasi lebih cepat. Kalau sebelumnya masing-masing (BUMN) tidak mampu berinvestasi besar selama satu hingga dua tahun ke depan, tapi kalau dia gabung maka mungkin investasinya bisa langsung start," jelas Dwi kepada CNNIndonesia.com di Sorong, Minggu (1/5).
Ia menambahkan hal ini juga akan berdampak baik pada penghematan belanja modal (
capital expenditure/capex) calon anak usaha, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), terutama di proyek-proyek yang bersinggungan langsung dengan anak usaha Pertamina di bidang jaringan gas, PT Pertamina Gas (Pertagas).
Untuk tahun ini, belanja modal PGN berada di angka US$500 juta sedangkan Pertamina menganggarkan investasi US$5,31 miliar. Di mana sebanyak 6,9 persen atau US$366,3 juta dialokasikan untuk menambah infrastruktur gas. Jika
holding jadi terbentuk, Dwi menjamin investasi bisa jadi lebih efisien.
"Dan setelah itu terbentuk, tentu kami perlu ubah Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) karena ada perbaikan efisiensi maupun pendistribusian gas, harusnya kinerja bisa menjadi lebih baik," terangnya.
Dwi Soetjipto sendiri pernah membantu pemerintah membidani
holding BUMN di bisnis semen yaitu PT Semen Indonesia Tbk pada Desember 2012 lalu.
Ketika itu, ia menjabat sebagai Direktur Utama PT Semen Gresik yang ditetapkan pemerintah sebagai
holding dari dua perusahaan semen milik negara lainnya yaitu PT Semen Tonasa, dan PT Semen Padang.
Dengan alasan ingin menghilangkan sekat antar perusahaan semen yang tergabung dalam
holding dan menggabungkan seluruh potensi yang ada, RUPSLB Semen Gresik pada 20 Desember 2012 kemudian menyetujui penggantian nama Semen Gresik menjadi Semen Indonesia. Termasuk di dalamnya Thang Long Cement Joint Stock Company, perusahaan semen asal Vietnam yang diakuisisi oleh Semen Gresik senilai US$157 juta sebelum pembentukan
holding diresmikan.
Di bawah kepemimpinannya, Semen Indonesia mampu meningkatkan kinerja keuangan dengan BUMN besar seperti Pertamina dan PT PLN (Persero) berkat peningkatan kapasitas produksi menjadi 26 juta ton per tahun. Angka tersebut mengalahkan kapasitas produksi Siam Cement Thailand sebesar 23 juta ton, yang sebelumnya menjadi raja semen Asia Tenggara.
(gen)