Jakarta, CNN Indonesia -- Rasio margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 paling tinggi, yakni sebesar 6,48 persen. Angka ini jauh di atas rata-rata NIM perbankan nasional yang sebesar 5,5 persen per Maret 2016.
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio NIM bank BUKU 4 ini semakin gemuk sejak 2014 sebesar 5,10 persen menjadi 6,36 persen pada akhir tahun lalu.
Itu artinya hanya dalam kurun waktu satu tahun, rasio NIM bank BUKU 4 melonjak 126 basis poin (bps). Jumlah dan kenaikan NIM bank-bank besar ini menandingi bank BUKU 1, 2 dan 3.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, NIM bank BUKU 1 tercatat kedua tertinggi, yaitu sebesar 5,78 persen. Diikuti oleh bank BUKU 2 sebesar 4,94 persen dan bank BUKU 3 sekitar 4,65 persen. Masing-masing tercatat naik 7bps, 120 bps, dan 105 bps dari tahun 2014 ke 2015.
NIM adalah ukuran perbedaan antara pendapatan bunga yang dihasilkan oleh bank dan nilai bunga yang dibayarkan kepada nasabah pemilik dana. OJK sendiri menyoroti NIM perbankan nasional yang kelewat tinggi dibandingkan negara-negara di ASEAN.
Sebelumnya, Nelson Tampubolon, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengatakan, NIM yang tinggi mencerminkan rendahnya efisiensi bank dalam mengelola likuiditas. Di sisi lain, NIM tinggi menghasilkan keuntungan yang tinggi yang diperoleh bank.
"NIM bank di Indonesia berapa? Diatas 5 persen atau rata-rata 5,5 persen. Supaya bisa bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), NIM kita tidak boleh lebih dari Thailand," ujarnya.
Ironisnya, kendati NIM bank BUKU 4 paling subur, sumbangsih laba kelompok bank bermodal inti paling sedikit Rp30 triliun ini justru negatif. Pada kuartal I 2016, bank BUKU 4 menghimpun laba sebesar Rp17,67 triliun atau turun 2,46 persen ketimbang kuartal I 2015.
(bir)