Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) melihat risiko penurunan konsumsi sepanjang bulan Ramadan tahun ini. Hal itu tercermin dari turunnya penjualan dan persediaan (
inventory) sektor privat.
“Kami melihat ada beberapa perusahaan publik yang penjualannya agak turun dan kami juga mengamati
inventory-nya. Jadi memang (konsumsi) sedikit menurun,” tutur Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo di kompleks perkantoran BI, Jumat (27/5).
Kendati demikian, menurut Agus, konsumsi Ramadan bisa terdongkrak oleh pencairan gaji ke-13 dan ke-14 Aparatur Sipil Negara (ASN). Pasalnya, pencairan kedua gaji tersebut akan meningkatkan belanja pemerintah sekaligus menambah daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami melihat bahwa kalau nanti gaji ke 13-14 dibayarkan Juni 2016 tentu ini akan membantu pengeluaran, artinya konsumsi akan lebih baik,” ujar mantan Menteri Keuangan ini.
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Tahun Anggaran 2016 dan RPP tentang Pemberian Gaji Ke-13 saat ini masih dalam proses pengesahan. Rencananya, pencairan gaji ke-14 akan dilakukan pada Juni 2016. Sementara, pencairan gaji ke-13 akan dilakukan pada Juli.
Inflasi TerkendaliDi sisi tekanan inflasi, Agus menilai inflasi Ramadan tahun ini bakal berada dalam kendali pemerintah. Inflasi bulan ini pun diperkirakan hanya ada di level 0,19 persen. Hal itu membuat Agus optimistis target inflasi tahun ini, empat plus minus satu persen, akan tercapai.
Lebih lanjut, Agus mengungkapkan BI dan pemerintah telah berkoordinasi intensif untuk mengendalikan harga bahan pangan yang rentan naik jelang Ramadan dan perayaan lebaran. Koordinasi itu ada di dalam wadah Tim Pengendalian Inflasi baik di pusat dan di daerah.
“Ada daerah-daerah yang kalau kami tidak melakukan koordinasi bisa ada inflasi yang cukup tinggi tetapi kami melakukan koordinasi itu dan bahkan kami sudah lebih tajam ke lima komoditas utama dari beras, daging sapi, bawang merah, cabai dan juga daging ayam,” ujarnya.
(gen)