Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mempertanyakan penilaian lembaga pemeringkat kredit internasional Standard and Poor's (S&P) atas
rating surat utang pemerintah tahun ini.
"Kami pertanyaan karena alasan S&P ini kebanyakan sama dengan alasan-alasan sebelumnya. Kami tidak melihat sesuatu yang baru," tutur Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro di Gedung DPR, Kamis(2/6).
Menurut Bambang, jika menggunakan pembanding rasio utang dan jumlah pinjaman, ada negara-negara yang sudah mendapatkan
rating layak investasi (investment grade) dari S&P meskipun rasio utang terhadap PDB maupun defisitnya lebih jelek dibandingkan Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Bambang menilai
rating BB+ dengan
outlook positif dari lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat itu cukup baik di tengah melambatnya perekonomian dunia.
"Di tengah kondisi ekonomi global di mana banyak sekali negara emerging yang
down grade, kami melihat posisi S&P ini cukup baik," ujarnya.
Lebih lanjut, Bambang menilai
rating S&P tidak berpengaruh terhadap pendapat investor terhadap surat utang Indonesia.
"Kebetulan tim kami masih di Eropa untuk
roadshow dari euro
bond, dan begitu tanggapan S&P keluar, semua tanggapan dari investor adalah mereka tidak mempedulikan hitungan S&P dan tetap berpendapat surat utang Indonesia adalah surat utang yang layak, setara dengan
invesment grade," ujarnya.
(gen)