Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan permintaan produk tekstil menjelang lebaran tahun ini tidak akan meningkat signifikan di tengah tingginya harga barang-barang kebutuhan pokok.
Ketua API Ade Sudrajat menuturkan, mayoritas masyarakat Indonesia baru akan membeli pakaian dan produk tekstil lainnya setelah barang-barang kebutuhan pokok terpenuhi. Karenanya, ketika harga barang kebutuhan pokok melesat tinggi, permintaan akan barang-barang sekunder mengalami penurunan drastis.
"Saat ini harga barang kebutuhan pokok sedang tinggi, makanya tekstil dan pakaian yang merupakan barang sekunder kurang diminati. Jadi ada satu mata rantai yang salah yang harus dibenahi oleh pemerintah," ujar Ade kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (7/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Ade juga menyoroti pergeseran pola konsumsi dan budaya masyarakat yang menyebabkan permintaan produk tekstil menjelang lebaran tak setinggi seperti biasanya.
"Kalau dulu tahun 1970-1990 setiap lebaran orang mayoritas beli baju baru. Kalau sekarang tiap hari juga bisa beli karena baju bukan lagi barang mewah," jelasnya.
Karenanya, ia tidak terlalu berharap banyak terjadinya peningkatan permintaan produk tekstil menjelang lebaran tahun ini. Menurutnya, prioritas masyarakat saat ini lebih tertuju pad apemenuhan barang-brang kebutuhan pokok.
Saat ini, lanjut Ade, skala produksi dan penjualan tekstil di Indonesia mencapai kisaran US$20 miliar. Dari nilai tersebut, pangsa pasar tekstil nasional diperkirakan hanya sebesar US$7,5 miliar, sedangkan sisanya US$12,5 miliar diekspor.
"Dari US$7,5 m
iliar nilai pasar domestik itu, barang impor menguasai US$3 miliar," tuturnya.
Dari sisi pelaku industri, Ade mengatakan saat ini ada sekitar sembilan ribu perusahaan tekstil yang beroperasi di Indonesia. Mayoritas adalah perusahaan asing atau yang bermitra dengan pengusaha tekstil lokal.
"Ada pelaku yang keluar dan ada pula yang masuk. Kendala investasi dan pasar di dalam negeri yang menjadi penyebabnya," tutur Ade.
Dengan mempertimbangkan lesunya pasar dalam negeri, Ade mengatakan para produsen tekstil nasional saat ini memilih untuk memprioritaskan pasar ekspor. API tahun ini menargetkan nilai ekspor sebesar US$12,5 miliar, meningkat dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar Rp12,3 miliar.