Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) tengah meminta persetujuan izin investasi di Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie guna menekan penurunan produksi. Pasalnya, Total selaku operator Blok Mahakam memiliki kontrak pengelolaan hingga 31 Desember 2017 sehingga Pertamina baru bisa berinvestasi di tahun 2018.
"Kami sudah ajukan dan masih diperbincangkan. Tapi manajemen Total mengatakan akan memberikan
support pada transisi ini dengan baik," ujar Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, Rabu (29/6).
Meski demikian, Dwi mengatakan pihaknya ingin mempercepat izin investasi, yakni mulai tahun 2017. Sebab, menurutnya, produksi migas di Blok Mahakam kian turun dari tahun ke tahun sehingga Pertamina bermaksud untuk berinvestasi lebih cepat agar penurunan produksi tidak turun drastis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Produksi Blok Mahakam sudah turun dalam dua tahun terakhir, kalau kita tidak segera
action di tahun 2017 maka, tahun 2018 penurunan produksinya akan besar dan ini yang tidak dikehendaki," ungkap Dwi.
Dwi menilai, penurunan investasi Total di Blok Mahakam menjadi akar dari permasalahan penurunan produksi. Namun, percepatan izin investasi, dirasa Pertamina, baru akan berhasil jika pihak Total mau mempertimbangkan dan memberikannya pada Pertamina.
Dari sisi investasi, Pertamina mengaku telah menyiapkan investasi senilai US$2,5 miliar per tahun. Di mana, menurut Dwi, angka ini sesuai dengan besaran investasi di Blok Mahakam dalam beberapa tahun terakhir.
"Dalam perjalanan normal itu tiap tahun butuh US$2,5 miliar. Kami lihat historis di Blok Mahakam. Tapi angka ini belum pasti, masih kita perbincangkan," tutup Dwi.
Sebagai informasi, produksi Blok Mahakam sebesar 1.572 barel setara minyak per hari (bsmph) dari sebelumnya 1.611 bsmph. Selain itu, investasi Total juga kian berkurang dari tahun ke tahun, hingga mencapai US$1 miliar.
(gir)