Jakarta, CNN Indonesia -- Industri pembiayaan (
multifinance) gigit jari. Setelah sempat menghasilkan pertumbuhan laba sebesar 12,9 persen pada kuartal pertama ini, laba
multifinance tercatat turun hingga April 2016. Tak tanggung-tanggung, penurunannya mencapai 17,71 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan Statistik Lembaga Pembiayaan, laba bersih industri
multifinance sebesar Rp3,25 triliun per April 2016. Realisasi ini melorot ketimbang periode yang sama tahun lalu, yakni Rp3,95 triliun.
Menilik rata-rata laporan keuangan 264 perusahaan
multifinance, pertumbuhan beban lebih tinggi ketimbang pendapatan. Total beban tercatat tembus Rp24,451 triliun atau meningkat 7,02 persen per April 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain rata-rata beban operasional perusahaan-perusahaan tersebut naik 3,15 persen, sedangkan beban non operasional tumbuh 168 persen. Beban operasional ini terdiri dari beban bunga, beban tenaga kerja dan beban penyusutan dari piutang pembiayaan.
Sementara, pendapatan industri
multifinance pada April 2016 hanya meningkat 4,40 persen, yaitu dari Rp27,96 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp29,19 triliun. Pendapatan operasional berkontribusi positif dengan pertumbuhan 5,35 persen. Namun, sayangnya, pendapatan non operasional malah anjlok 11,95 persen.
Penurunan laba industri multifinance ini justru terjadi saat bisnis pembiayaan menunjukkan pemulihan. Penyaluran pembiayaan pada kuartal I 2016 tercatat turun 1,46 persen, namun pada April 2016 hanya turun 1,07 persen (
year on year). Ini berarti terjadi peningkatan kinerja pembiayaan.
Lini bisnis pembiayaan konsumen tumbuh tipis 2,08 persen atau menjadi Rp252,143 triliun hingga April 2016. Sementara, anjak piutang naik 15,52 persen dari Rp9,65 triliun menjadi Rp11,15 triliun dan kartu kredit melesat 176,92 persen menjadi Rp108 miliar.
Hanya lini sewa guna usaha yang masih melanjutkan penurunan bisnis. Penyaluran pembiayaan pada lini ini rontok 9,51 persen dari Rp111,95 triliun pada April 2015 lalu menjadi cuma Rp101,30 pada April tahun ini.
Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) sebelumnya bilang, bisnis
multifinance akan cenderung stagnan sepanjang paruh pertama tahun ini. Kondisi ini terjadi akibat masyarakat sebagai konsumen kredit cenderung menunggu (
wait and see) terhadap kepastian penurunan bunga kredit.
"Saya tidak tahu perilaku konsumen seperti apa. Bunga kredit mau turun, tetapi belum turun juga. Biaya dana relatif sama. Saya belum melihat ada perbaikan sampai semester pertama ini," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Yang pasti, sambung dia, lini bisnis sewa guna usaha yang digeluti industri pembiayaan masih akan tumbuh negatif di sepanjang tahun ini. Sementara, lini bisnis pembiayaan konsumen, baik roda dua maupun roda empat relatif datar. Tidak ada peningkatan berarti.
Sebagai informasi, dua lini bisnis tersebut di atas merupakan kontribusi utama dalam bisnis pembiayaan. Per April 2016,
outstanding pembiayaan untuk sewa guna usaha mencapai Rp101,30 triliun, sedangkan lini bisnis pembiayaan konsumen tercatat sebesar Rp252,14 triliun.
"Satu-satunya yang menopang pertumbuhan saat ini adalah pembiayaan konsumen. Saya harap, pertumbuhan pembiayaan konsumen meningkat pada semester kedua yang akan mendorong total pembiayaan tumbuh minimal 5 persen sampai akhir tahun nanti," terang Suwandi.
(bir/gen)