
Holding Energi Perbesar Pangsa Pasar Perusahaan Pelat Merah
Gentur Putro Jati, CNN Indonesia | Jumat, 01/07/2016 19:23 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Penggabungan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) ke dalam PT Pertamina (Persero) menjadi perusahaan holding akan membuat penguasaan pasar sektor hilir minyak dan gas bumi (migas) semakin besar. Terlebih, sebelumnya Pertamina telah memiliki anak usaha PT Pertamina Gas (Pertagas) yang bergerak di bidang usaha yang sama.
"Holding akan menciptakan efisiensi karena banyak fungsi yang sama dan bisa digabung satu dengan yang lain. Market share seharusnya bertambah karena penguasaan sektor hilir migas dengan penggabungan kedua perusahaan akan semakin besar," ujar Satya W. Yudha, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jumat (1/7).
Menurut Satya dengan beroperasi semakin efisien, maka keuntungan yang diperoleh PGN maupun Pertamina dalam satu holding semakin besar.
"Otomatis jika efisien tentu bisa meningkatkan investasi karena pasti akan timbul keuntungan dengan adanya keuntungan bisa dibuat ulang investasi lainnya dengan sektor yang sama," ungkap Satya.
Tahun ini Pertamina menganggarkan belanja modal US$366,3 juta untuk pemanfaatan gas atau 6,9 persen dari total investasi perseroan yang mencapai US$5,31 miliar. Sementara itu, belanja modal PGN tahun ini sekitar US$500 juta.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebelumnya memutuskan untuk menggabungkan PGN ke dalam Pertamina. Realisasi penggabungan kedua BUMN menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah tentang pembentukan holding BUMN.
Tahun Ketiga
Berly Martawardaya, Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menuturkan pembentukan holding memang tidak akan serta merta meningkatkan keuntungan dari kedua perusahaan yang digabungkan. Biasanya, pada 1-2 tahun pertama menjadi masa penyesuaian dan reorganisasi sekaligus penggabungan budaya kerja.
"Jika semua berjalan lancar dan market bagus maka pada tahun ketiga, holding akan berpotensi meningkatkan margin dan keuntungannya," katanya.
Menurut Berly, keuntungan utama dari penggabungan PGN ke dalam Pertamina adalah sinergi dan koordinasi. Sehingga pembeli dan penjual gas bisa berurusan hanya dengan satu entitas. Selain itu, dengan menurunnya cost of transaction dan single agency benefit, berpotensi untuk menarik investasi yang lebih besar.
Herman Agustiawan, Kepala Pusat Studi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan, menjelaskan pembentukan holding seharusnya dapat mensinergikan semua operasi Pertamina dan PGN dalam satu kendali perencanaan dan kegiatan operasional sehingga akan lebih efektif dan efisien.
"Penggabungan diharapkan bisa menjamin tidak ada lagi duplikasi investasi dan kegiatan bisnis pada region yang sama sehingga percepatan pengembangan jaringan infrastruktur akan lebih terjamin dan optimal," katanya. (gen)
"Holding akan menciptakan efisiensi karena banyak fungsi yang sama dan bisa digabung satu dengan yang lain. Market share seharusnya bertambah karena penguasaan sektor hilir migas dengan penggabungan kedua perusahaan akan semakin besar," ujar Satya W. Yudha, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jumat (1/7).
Menurut Satya dengan beroperasi semakin efisien, maka keuntungan yang diperoleh PGN maupun Pertamina dalam satu holding semakin besar.
"Otomatis jika efisien tentu bisa meningkatkan investasi karena pasti akan timbul keuntungan dengan adanya keuntungan bisa dibuat ulang investasi lainnya dengan sektor yang sama," ungkap Satya.
Tahun ini Pertamina menganggarkan belanja modal US$366,3 juta untuk pemanfaatan gas atau 6,9 persen dari total investasi perseroan yang mencapai US$5,31 miliar. Sementara itu, belanja modal PGN tahun ini sekitar US$500 juta.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebelumnya memutuskan untuk menggabungkan PGN ke dalam Pertamina. Realisasi penggabungan kedua BUMN menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah tentang pembentukan holding BUMN.
Berly Martawardaya, Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menuturkan pembentukan holding memang tidak akan serta merta meningkatkan keuntungan dari kedua perusahaan yang digabungkan. Biasanya, pada 1-2 tahun pertama menjadi masa penyesuaian dan reorganisasi sekaligus penggabungan budaya kerja.
"Jika semua berjalan lancar dan market bagus maka pada tahun ketiga, holding akan berpotensi meningkatkan margin dan keuntungannya," katanya.
Menurut Berly, keuntungan utama dari penggabungan PGN ke dalam Pertamina adalah sinergi dan koordinasi. Sehingga pembeli dan penjual gas bisa berurusan hanya dengan satu entitas. Selain itu, dengan menurunnya cost of transaction dan single agency benefit, berpotensi untuk menarik investasi yang lebih besar.
Herman Agustiawan, Kepala Pusat Studi Ketahanan Energi Universitas Pertahanan, menjelaskan pembentukan holding seharusnya dapat mensinergikan semua operasi Pertamina dan PGN dalam satu kendali perencanaan dan kegiatan operasional sehingga akan lebih efektif dan efisien.
"Penggabungan diharapkan bisa menjamin tidak ada lagi duplikasi investasi dan kegiatan bisnis pada region yang sama sehingga percepatan pengembangan jaringan infrastruktur akan lebih terjamin dan optimal," katanya. (gen)
ARTIKEL TERKAIT

Holding BUMN Energi Integrasikan Pengelolaan Migas Indonesia
Ekonomi 2 tahun yang lalu
Wacana Holding BUMN Migas Mulai Menuai Kontroversi
Ekonomi 2 tahun yang lalu
Holding BUMN Energi Menguntungkan Pertamina dan PGN
Ekonomi 2 tahun yang lalu
Calon Holding BUMN Taksir Investasi PGN-Pertagas Capai US$1 M
Ekonomi 2 tahun yang lalu
Industri Pengguna Gas Bisa Berharap Banyak dari Holding BUMN
Ekonomi 2 tahun yang lalu
Gabung Pertamina, PGN Usul Tukar Guling Saham Pertagas
Ekonomi 2 tahun yang lalu
BACA JUGA

Polisi Kerahkan 5 Ribu Personel Kawal Demo Karyawan Pertamina
Nasional • 20 July 2018 12:23
Ribuan Karyawan Pertamina Demo, Minta Rini Soemarno Dicopot
Nasional • 20 July 2018 10:35
JATAM Kritik Langkah Pemerintah Divestasi Saham Freeport
Nasional • 14 July 2018 03:20
Menanti Taji KPK Jerat BUMN sebagai Tersangka Korupsi e-KTP
Nasional • 26 April 2018 18:54
TERPOPULER

Tambah Pesawat, Airasia Targetkan Penumpang Tumbuh 15 Persen
Ekonomi • 3 jam yang lalu
Saudi Aramco Teken Kesepakatan Investasi US$10 M dengan China
Ekonomi 10 jam yang lalu
RI Jadi Tuan Rumah Moto GP 2021, Luhut Kejar Investasi Qatar
Ekonomi 15 jam yang lalu