Jakarta, CNN Indonesia -- PT Astra International Tbk tidak akan menunda atau mengurangi belanja modal (
capital expenditure/capex) setelah kinerja keuangan perusahaan pada semester I terjun akibat lesunya penjualan alat berat.
Presiden Direktur Astra International, Prijono Sugiarto mengatakan, perusahaan masih mempertahankan jumlah belanja modal secara konsolidasian di angka Rp14 triliun pada tahun ini. Namun konsentrasinya akan digeser ke sektor-sektor yang dianggap prospektif seperti infrastruktur, logistik, dan properti. Di sisi lain, perusahaan juga akan mengurangi intensitas belanja modal di lini alat berat dan otomotif.
"Belanja modal tidak berubah, hanya konsentrasi yang kami geser ke logistik, properti, dan infrastruktur. Ketiga divisi ini yang mengambil porsi 38 persen dari belanja modal kami senilai Rp14 triliun," ujar Prijono di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (2/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengalihan konsentrasi belanja modal ini, lanjutnya, bukan disebabkan karena kinerja penjualan alat berat oleh PT United Tractors Tbk menurun. Karena menurutnya, United Tractors sebetulnya masih memiliki kemampuan kas sebesar Rp13 triliun, yang disebutnya masih mumpuni untuk melakukan belanja modal.
Namun, karena penjualan alat berat berjalan sesuai pesanan, maka mau tak mau belanja modal di lini alat berat dikurangi agar tidak mubazir.
"Hal yang sama juga kami aplikasikan ke otomotif, di mana kapasitas produksinya juga sudah maksimal. Jadi kami hanya memindahkan belanja modalnya ke proyek-proyek yang kami anggap prospektif," katanya.
Ia melanjutkan, salah satu proyek infrastruktur yang menjadi perhatian lebih perusahaan adalah empat ruas jalan tol yaitu Kunciran-Serpong yang masih dalam pembebasan lahan, Jombang-Mojokerto, Semarang-Solo, dan Serpong-Balaraja yang akan dikerjakan dengan Grup Sinarmas.
Di samping itu, perusahaan juga fokus menyelesaikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati 5 dan 6 B berkapasitas 2x1.000 Megawatt (MW) yang kini dikerjakan oleh United Tractors.
"Memang sudah jadi keingingan agar pelaku swasta masuk ke proyek-proyek pemerintah. Apapun yang berhububgan dengan infrastruktur kami tertarik, asal Internal Rate of Return (IRR)-nya baik dan masuk ke profitabilitas kami," terangnya.
Ia melanjutkan, seluruh anak usaha Grup Astra memang sudah sepakat tidak akan memangkas belanja modal mengingat penyerapannya hingga pertengahan tahun sudah mencapai 40 persen. Sehingga, lanjut Prijono, penurunan kinerja keuangan seharusnya menjadi motivasi untuk melakukan belanja modal.
Melirik data perusahaan per Semester I tahun ini, pendapatan perusahaan turun 5 persen menjadi Rp88,2 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp92,5 triliun. Sementara itu, laba perusahaan terjun 12 persen dari Rp8,05 triliun di paruh pertama tahun lalu menjadi Rp7,11 triliun di tahun ini.
"Justru dengan kondisi saat ini kami harus ekspansi," ujarnya.
Sebagai informasi, belanja modal secara konsolidasian perusahaan pada tahun ini tercatat sebesar Rp14 triliun. Sementara itu, anggaran belanja modal gabungan antara konsolidasi anak-anak usaha dengan perusahaan mitranya tercatat Rp20 triliun pada tahun ini.