Pengusaha Fintech Tunggu Strategi Nasional Keuangan Inklusif

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Selasa, 23 Agu 2016 19:44 WIB
Keseriusan pemerintah dalam menghadirkan regulasi yang dapat menggairahkan industri fintech akan menjadi langkah strategis.
Keseriusan pemerintah dalam menghadirkan regulasi yang dapat menggairahkan industri fintech akan menjadi langkah strategis. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku usaha industri teknologi keuangan (fintech) menanti kejelasan terbentuknya Tim Pengarah Dewan Nasional Keuangan Inklusif karena digadang memberikan kejelasan aturan dan koordinasi.

Kepala Badan Teknologi Startup Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Patrick Walujo mengatakan, salah satu kunci utama meningkatkan keuangan inklusif adalah perluasan akses ke lembaga keuangan.

“Perkembangan fintech membuat lembaga keuangan lebih mudah dijangkau masyarakat karena relatif tidak terkendala infrastruktur. Selain itu, edukasi mengenai produk keuangan menjadi lebih menarik dan mudah dipahami,” katanya, Selasa (23/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Patrick menyatakan, yang paling penting adalah produk bisa relevan dengan kebutuhan masyarakat banyak. Fintech, lanjutnya, menyediakan data analytics yang memberi kekayaan informasi untuk menyusun produk yang tepat ke target yang tepat.

Posisi Indeks Keuangan Inklusif (IKI) Indonesia pada 2014 adalah sebesar 36 persen, yang terhitung masih di bawah IKI beberapa negara ASEAN seperti Thailand (78 persen) dan Malaysia (81 persen), meski masih lebih besar jika dibandingkan Filipina (31 persen) dan Vietnam (31 persen).

“Implementasi Strategi Nasional Keuangan Inklusif dengan kelembagaan yang kuat diharapkan dapat meningkatkan persentase akses layanan keuangan pada lembaga keuangan formal sebesar 75 persen pada akhir 2019,” kata Patrick, yang juga merupakan Co-Founder dan Managing Partner dari Northstar Group itu.

Menurutnya, keseriusan pemerintah dalam menghadirkan regulasi yang dapat menggairahkan industri fintech akan menjadi langkah strategis untuk mencapai tujuan keuangan inklusif tersebut.

Nadiem Makarim, Co-Founder dan CEO GO-JEK mengatakan, perkembangan teknologi secara umum pun dianggap turut membantu peningkatan keuangan inklusif masyarakat, seperti misalnya yang terjadi pada GO-JEK. Perusahaan yang telah memiliki lebih dari 200 ribu mitra driver ojek itu telah mengenalkan produk perbankan kepada seluruh mitranya.

“Seluruh mitra driver kami pasti memiliki akun di bank sebagai sarana pembayaran penghasilannya. Kami juga menyediakan asuransi kesehatan bagi mitra driver dan keluarganya dengan premi yang sangat terjangkau,” jelasnya.

Ia menjelaskan, banyak dari mitra perusahaan yang baru pertama kali bisa mengakses produk-produk keuangan ini. Menurutnya, ini semua baru tahap awal, karena masih banyak lagi pengembangan teknologi yang akan dilakukan yang diharapkan dapat membantu pemerintah mendorong implementasi inklusi finansial kepada lebih banyak masyarakat Indonesia.

Sementara itu, keseriusan mendukung perkembangan sektor fin-tech juga terlihat dari bank-bank besar, misalnya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melalui Mandiri Capital Indonesia (MCI). Direktur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan bahwa mayoritas pendanaan di MCI akan dialokasikan ke fintech.

“Sebanyak 80 persen pendanaan akan untuk fintech. Sebab, kami meyakini, nantinya e-commerce akan menjadi industri unggulan di Indonesia sehingga akan dibutuhkan sistem pembayaran universal. Fokus untuk mendukung fintech akan menjadi langkah strategis memenangkan kompetisi di sektor pembayaran digital,” ujarnya. (gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER