Jakarta, CNN Indonesia -- Ada banyak cara untuk berinvestasi. Salah satu yang sedang populer di sektor finansial beberapa tahun belakangan ini, yakni unitlink (produk asuransi berbalut investasi). Lantaran gimmick investasinya, unitlink laris manis diburu masyarakat, seiring dengan peran gandanya yang juga menawarkan proteksi kesehatan, penyakit kritis, hingga pertanggungan kematian dalam satu paket.
Namun demikian, sejalan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat, tidak sedikit juga suara yang menyebut bahwa unitlink tidak mampu mencapai tujuan keuangan dengan maksimal. Alasannya sederhana, unitlink memang bukanlah produk investasi murni, sehingga ada biaya-biaya yang dikenakan. Misalnya, biaya asuransi, biaya akuisisi, dan lain sebagainya.
Berangkat dari alasan itu, banyak perusahaan asuransi mulai memutar otak meracik unitlink dengan pilihan dana investasi yang lebih luas. Tujuannya tidak lain, semata untuk mengoptimalkan hasil investasi dari berbagai instrumen. Adapun, keranjang investasi yang umum ditawarkan perusahaan asuransi, antara lain deposito, obligasi atau sukuk, surat berharga negara, dan saham.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kehadiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi telah merangsang perusahaan asuransi untuk meracik produk dana investasi yang bisa diparkir di luar negeri. Dengan catatan, sesuai pasal 9 ayat 3 PMK tersebut, penempatan aset yang diperkenankan maksimal 20 persen dari jumlah investasi.
FWD Life Indonesia, salah satu perusahaan asuransi jiwa yang menawarkan unitlink dengan alokasi dana investasi di luar negeri. Melalui produk baru bertajuk FWD Infinite Link, FWD menawarkan dua keranjang investasi, yaitu world equity dan bond funds. Sesuai namanya, kedua dana investasi ini akan ditempatkan di ekuitas dan obligasi di Asia, kecuali Jepang.
Anggi Sangadi, Direktur FWD Life Indonesia mengatakan, berdasarkan hasil pengujian terbaik (best test) yang dilakukannya satu tahun belakangan ini, imbal hasil kedua produk dana investasi anyar tersebut mampu mencapai 16,3 persen dan 11,6 persen. "Tetapi, di luar hasil investasinya, sebetulnya, kami ingin membantu nasabah yang ingin berinvestasi di luar negeri, tanpa harus ke luar negeri," ujarnya, belum lama ini.
Sebagai informasi, produk dana investasi tersebut hanya dipaket dengan unitlink terbaru FWD Life Indonesia, yakni FWD Infinite Link. Ini merupakan unitlink dengan premi tunggal (bayar satu kali di muka). Sesuai karakter produknya, FWD Infinite Link menyasar nasabah-nasabah berkantong tebal.
Perusahaan asuransi lain yang menawarkan produk dana investasi di luar negeri adalah Allianz Life Indonesia. Perusahaan asuransi jiwa yang berbasis di Jerman tersebut menawarkan SmartWealth Equity IndoAsia Fund dan Smartwealth Equity Indoglobal Fund yang digandeng bersama unitlink, baik premi tunggal maupun premi berkala.
SmartWealth Equity IndoAsia Fund mengalokasikan maksimum 20 persen dari porsi saham yang ada pada fund ketujuh pasar di Asia, terdiri dari Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Investasi dilakukan secara langsung dengan membeli saham pilihan dari bursa negara-negara tersebut. Fund ini sendiri tersedia dalam dua mata uang, yakni rupiah dan dolar AS.
Sementara, SmartWealth Equity Indoglobal Fund mengalokasikan maksimum 20 persen dari porsi saham yang ada pada fund ke pasar negara maju yang dilakukan secara fund on fund (membeli reksa dana yang sudah ada).
Alan T Darmawan, Direktur Allianz Life Indonesia menerangkan, dilihat dari dana kelolaannya, animo masyarakat terhadap produk dana investasi luar negeri cukup baik. Buktinya, dari 17 fund unitlink yang dimiliki Allianz, SmartWealth Equity IndoAsia menempati urutan kelima. Sedang, SmartWealth Equity Indoglobal menempati urutan 15, mengingat fund ini baru meluncur akhir tahun 2014 lalu.
"Produk yang berinvestasi di luar negeri sangat bergantung dengan negara yang menjadi tujuan diversifikasi investasi. Pada fund fact sheet Juli 2016, dengan Smartlink Rupiah Equity sebagai pembanding, dapat dilihat kalau SmartWealth Equity Indoglobal Fund memiliki kinerja yang terbaik untuk jangka waktu satu tahun. Justru SmartWealth Equity IndoAsia memiliki kinerja yang lebih rendah dibandingkan Smartlink Equity. Hal ini sejalan dengan kondisi di pasar tujuan investasi yang berbeda untuk masing-masing fund," imbuh dia kepada CNNIndonesia.com.
Jika membandingkan dengan produk dana investasi dari perusahaan asuransi lainnya, Prudential Indonesia juga memiliki setidaknya dua produk dana investasi yang dialokasikan ke luar negeri. Yakni, Prulink Rupiah Indonesia Greater China Equity Fund dan Prulink US Dollar Indonesia Greater China Equity Fund. Keduanya ditempatkan pada efek bersifat ekuitas di China, Hong Kong, dan Taiwan.
Berdasarkan fund fact sheet Juli 2016, kinerja investasi Prulink Rupiah Indonesia Greater China Equity Fund sejak awal tahun ini tercatat sebesar 9,91 persen atau sedikit lebih tinggi dari benchmark 9,82 persen. Sementara, kinerja investasi Prulink US Dollar Indonesia Greater China Equity Fund tembus 15,80 persen (year to date) atau minus 3,16 persen sejak diluncurkan pada 13 Februari 2013 lalu.
Perusahaan asuransi lain yang juga memiliki produk dana investasi di luar negeri adalah Manulife Indonesia. Setidaknya, ada empat produk dana investasi yang dialokasikan di bursa efek Hong Kong yang memperoleh sebagian besar pendapatannya dari China dan India. Yakni, Manulife Dana Ekuitas Indonesia China - IDR, Manulife Dana Ekuitas Indonesia China - USD, Manulife Dana Ekuitas Indonesia India - IDR, dan Manulife Dana Ekuitas Indonesia India - USD.
Adapun, kinerja investasi dana investasi offshore Manulife Indonesia tersebut, berdasarkan fund fact sheet Juli 2016 masing-masing sebesar 12,89 persen (year to date), 18,96 persen, 14,44 persen, dan 20,56 persen.
Capital Flight
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu menilai, sejak PMK mengenai Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi diluncurkan, belum banyak perusahaan asuransi yang meracik produk dana investasi yang ditempatkan di instrumen-instrumen di luar negeri. Padahal, kemudahan berinvestasi dari PMK tersebut dapat meningkatkan daya tarik unitlink sebagai produk unggulan industri asuransi jiwa Tanah Air.
Kalaupun berkembang dalam 2-4 tahun terakhir ini, sambung Togar, kebanyakan perusahaan asuransi memanfaatkan penempatan di luar negeri lewat manajer investasi (fund manager). Jarang perusahaan asuransi yang meracik produk dana investasi offshore. Penelusuran CNNIndonesia.com, sampai sejauh ini baru perusahaan asuransi jiwa joint venture atau asing yang percaya diri meracik produk dana investasi offshore.
"Saya kira, lebih baik asuransi menyediakan produk dana investasi yang beragam dengan pilihan investasi yang lebih luas, ketimbang masyarakat sendiri yang membawa dana mereka ke luar negeri dan membenamkannya di sana. Kenapa? Karena kalau dibeli di Indonesia, toh dananya juga akan cairnya di Indonesia. Bukan capital flight. Kalau beli langsung, belum tentu dananya mudah kembali ke dalam negeri," imbuh dia.
(bir)