Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) menargetkan bisa menyelesaikan konstruksi proyek pengembangan kilang Balikpapan tahap pertama pada Juni 2019.
“Penyelesaian konstruksi proyek revitalisasi kilang Balikpapan tidak sampai tiga tahun karena Juni 2019 harus sudah selesai,” ujar Rachmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina, Rabu (21/9).
Pertamina menurut Rachmad akan menggarap sendiri proyek pengembangan kapasitas kilang Balikpapan senilai US$4,5 miliar - US$4,6 miliar tanpa menggandeng mitra dari manapun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Revitaliasi kilang Balikpapan sendiri merupakan salah satu dari empat kilang yang masuk dalam
Refinery Development Master Plan (RDMP) yang tengah dijalankan Pertamina. Tiga kilang lainnya adalah kilang Dumai, Cilacap, dan Balongan. Sementara itu, kilang Plaju Sungai Gerong akan menjadi proyek selanjutnya.
Kilang Balikpapan merupakan proyek revitalisasi pertama yang dijalankan perusahaan minyak dan gas bumi (migas) pelat merah tersebut. Pertamina membagi pengerjaannya dalam dua tahap pembangunan. Tahap pertama diperkirakan menghabiskan dana US$2,4 miliar – US$2,6 miliar, dilanjutkan tahap kedua itu sekitar US$2 miliar - US$2,2 miliar.
Menurut Rachmad, tahap pertama direncanakan selesai konstruksinya pada Juni 2019. Setelah itu, pada Juni-September dilanjutkan dengan uji coba (
commissioning). Perseroan menargetkan Kilang Balikpapan beroperasi pada September atau Oktober 2019.
“Untuk tahap kedua, kami lakukan 2018 dan kira-kira akan selesai 2021. RDMP Balikpapan selesai seluruhnya pada 2021,” kata dia.
Lebih CepatMenurut mantan Presiden Direktur PT Badak NGL tersebut, revitalisasi kilang Balikpapan bisa lebih cepat dilakukan karena Pertamina mengubah tahap-tahap pembangunannya.
Ia menuturkan, seharusnya tahapannya dimulai dari
pre-bankable feasibility study (BFS), lalu
basic engineering design (BED), disusul tahap
front end engineering design (FEED). Setelah itu masuk proses
final investment decision (FID), baru kemudian masuk ke tahap
engineering, procurement and construction (EPC).
“Kalau Balikpapan kami kerjakan dulu sekarang BED visible dan kami juga mampu mengerjakan sendiri. Kemudian kami lakukan BED, belum selesai FEED kami stop. Nah FEED detail di dalamnya sudah ketahuan, ini yang kami lakukan,” ungkap dia.
Dengan cara itu, Rachmad menyebut pengembangan kilang yang normalnya selesai dalam 5 - 6 tahun bisa dipercepat menjadi kurang dari 3 tahun saja.
Dirgo Purbo, Pakar Ketahanan Energi dan Pengajar Geo Ekonomi Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), mengatakan langkah Pertamina mempercepat revitalisasi dan pembangunan kilang baru sangat strategis dalam upaya mengurangi ketergantungan impor BBM yang semakin meningkat seiring dengan pergerakkan ekonomi.
“Inilah salah satu jawaban agenda kepentingan nasional. Langkah ini sangat positif dalam upaya mempercepat untuk mengurangi impor BBM dan sekaligus menopang APBN yg tergerus devisanya,” ujar Dirgo.
Menurut dia, keputusan Pertamina untuk melakukan revitaliasi kilang Balikpapan tanpa menjalin kerja sama dengan mitra strategis juga sangat baik. Bahkan, jika perlu Pertamina menggunakan mata uang rupiah dalam setiap transaksi di proyek tersebut.
“Ini juga untuk antisipasi keuntungan yang akan diperoleh langsung kembali ke korporat dan tidak ada
split keuntungan bagi pihak investor,” kata Dirgo.
(gen)