Bank Indonesia Pangkas Bunga Acuan Reverse Repo 25 Basis Poin

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Kamis, 22 Sep 2016 16:28 WIB
Suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo (7DRR) turun dari 5,25 persen menjadi 5 persen, yang berlaku efektif per 23 September 2016.
Gubernur BI Agus D.W Martowardojo menjelaskan, pelonggaran kebijakan moneter dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian global yang masih akan melambat serta volume perdagangan yang turun signifikan. ( REUTERS/Darren Whiteside)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menurunkan 25 basis poin suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo (7DRR), dari 5,25 persen menjadi 5 persen, yang berlaku efektif per 23 September 2016.

Sejalan dengan itu, bunga fasilitas deposito (deposit facility/DF) turun menjadi 4,25 persen dan bunga fasilitas kredit (Lending Facility/LF) dikoreksi menjadi 5,75 persen.

Gubernur BI Agus D.W Martowardojo menjelaskan, pelonggaran kebijakan moneter dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian global yang masih akan melambat serta volume perdagangan yang turun signifikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pelonggaran tersebut diharapkan dapat lebih memperkuat upaya untuk mendorong permintaan domestik guna terus mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi," ujar Agus usai Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (22/9).

Mantan Menteri Keuangan itu meyakini, penurunan bunga acuan akan memperkuat kebijakan pemerintah dalam memacu pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan melalui percepatan implementasi reformasi struktural.

Agus mengatakan, bank sentral akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk menyiapkan langkah-langkah kebijakan agar implementasi dari Undang-Undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) dapat berdampak optimal bagi perekonomian nasional.

Namun, ia menyoroti perlambatan ekonomi China serta lemahnya konsumsi dan investasi di Eropa yang akan dijadikan pertimbangan bank sentral dalam menjaga kestabilan moneter. Selain itu, harga beberapa sektor komoditas yang masih rendah juga menjadi perhatian khusus karena masih akan menahan laju ekspor Indonesia.

"Di pasar komoditas harga minyak dunia memang masih turun, namun sementara itu beberapa komoditas sedikit membaik termasuk CPO," katanya.

Tak hanya itu, lanjut Agus, BI juga melihat stimulus fiskal yang masih terbatas sejalan dengan penyesuaian belanja pemerintah. Dia menuturkan, pertumbuhan ekonomi tahun ini kemungkinan masih akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan invetasi swasta.

"Dengan perkembangan tersebu pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diproyeksi berada di kisaran 4,9-5,3 persen," kata Agus.

Ke depan, kata Agus, otoritas moneter masih membuka ruang pelonggaran moneter sepanjang inflasi dan transaksi berjalan terkendali. Pada tahun ini, BI menargetkan inflasi pada rentang 4±1 persen.  

"Kita lihat masih ada ruang pelonggaran, kita sediri masih terus mengamati. Sepanjang kondisi ekonomi terjaga moneter bisa dalam kondisi easing," ujarnya. (ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER