Kredit Bermasalah Tinggi, BI Berharap Perbaikan Kualitas

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Jumat, 23 Sep 2016 06:18 WIB
Bank Indonesia memproyeksi kualitas kredit perbankan bisa menurun akibat pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan hanya mencapai 3 persen tahun ini.
Bank Indonesia memproyeksi kualitas kredit perbankan bisa menurun akibat pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan hanya mencapai 3 persen tahun ini. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mencatat kenaikan rasio kredit bermasalah perbankan atau Non Performing Loan (NPL) dari 3,18 persen ke 3,22 persen per Juli 2016.

Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan kenaikan NPL terjadi karena banyak perbankan yang cukup konservatif melakukan pemulihan likuiditasnya.

"Kami melihat ada beberapa bank yang cukup konservatif melakukan upaya penyehatan kualitas kreditnya dengan membangun unit khusus penyehatan kreditnya, dan ini adalah langkah yang baik," ujar Agus dalam konferensi pers, Kamis (22/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agus mengatakan perbaikan kualitas kredit perbankan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global. BI memproyeksi kualitas kredit perbankan bisa menurun akibat pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan hanya mencapai 3 persen tahun ini. Proyeksi tersebut turun dari prediksi bank sentral sebelumnya yang mencapai 3,1 persen.

"Kalau AS tumbuh tidak seperti yang diharapkan, pertumbuhan global bisa turun lagi menjadi 2,9 persen, selain itu pertumbuhan ekonomi di China yang tahun ini diperkirakan 6,5 persen bisa turun ke 6,2 persen. Dan ini pasti berdampak ke dunia termasuk Indonesia," terang Agus.

Kendati demikian, Mantan Menteri Keuangan itu optimistis perbankan lokal masih mampu menyerap risiko kenaikan NPL menggunakan bantalan permodalan yang kuat. Keyakinan itu didorong oleh fakta rasio kecukupan permodalan (CAR) bank saat ini yang mencapai 22,9 persen.

"NPL nett masih 1,5 persen, artinya di Indonesia ada kehati-hatian yang dilakukan oleh perbankan," jelas Agus.

Untuk menekan angka NPL yang terus merangkak naik, BI juga berupaya melonggarkan kebijakan makroprudensial. Salah satunya dengan melonggarkan uang muka alias down payment (DP) Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari 20 persen ke 15 persen.

Dengan pelonggaran kebijakan makroprudensial, BI berharap akan berimbas kepada naiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER