Jakarta, CNN Indonesia -- Dana Moneter Internasional (IMF) menilai Asia terus memimpin pertumbuhan global dan ekonomi diproyeksikan untuk tumbuh sekitar 5,4 persen pada tahun ini. Prediksi tersebut naik 0,1 persen dari ramalan pada April 2016 lalu.
Dalam laporan Regional Economic Outlook Update (REO Update) Asia dan Pasifik per Oktober 2016, prospek jangka pendek di Asia dinilai tetap kuat, karena didukung oleh permintaan domestik. Namun, risiko global dan lokal masih membayangi pertumbuhan.
"Asia menyumbang sekitar 60 persen untuk pertumbuhan global saat ini. Namun prospeknya dapat terbebani oleh transisi pertumbuhan lebih lambat China dan pemulihan global yang tidak merata," kata Changyong Rhee, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, Jumat (6/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara keseluruhan, IMF menilai Asia mencatat sedikit kenaikan dalam pertumbuhan pada tahun 2016. Pasar saham positif, dan arus modal terus mengalir ke Asia, meskipun singkatnya waktu penyesuaian pasca referendum Brexit.
Rhee menilai kebijakan dalam negeri sebagian besar telah didukung pertumbuhan, dengan suku bunga rendah dan stimulus fiskal di banyak negara. Sementara ekspor Asia bakal memberikan dukungan pertumbuhan global, yang diperkirakan akan pulih pada tahun 2017.
Ekonom Senior IMF, Roberto Guimarães mengatakan dalam laporannya, pertumbuhan ekonomi lima negara Asean diperkirakan tetap stabil pada tahun 2016, sebelum naik moderat pada tahun 2017. Secara umum, permintaan domestik publik dan swasta diramalkan meningkat perlahan, selama rencana investasi publik dilaksanakan dan kondisi keuangan tetap akomodatif.
"Pertumbuhan ekonomi di Indonesia diprediksi membaik pada tahun 2016 dan 2017. Tumbuh 4,9 dan 5,3 persen masing-masing. Sementara di Malaysia, perbaikan pertumbuhan hanya diproyeksikan pada tahun 2017. Hambatan dari ekspor juga diharapkan berkurang karena harga komoditas telah sedikit pulih," jelasnya.
Sementara, pertumbuhan ekonomi di Filipina diperkirakan meningkat, mencapai 6,7 persen pada 2017. Hal itu didorong oleh momentum kuat terkait permintaan konsumsi dan stimulus fiskal dalam negeri.
Di Singapura, pertumbuhan ekonomi diproyeksi naik tipis pada tahun 2017 menjadi 2,2 persen sebagai investasi swasta diperkirakan akan pulih lebih lanjut. Di Thailand, investasi publik terdorong kenaikan bertahap konsumsi swasta. Sementara sektor pariwisata diharapkan tetap menjadi motor pertumbuhan.
Dalam jangka menengah, sejumlah negara Asia mendapatkan keuntungan dari bonus demografi. Penduduk usia kerja di beberapa negara, yaitu India dan Indonesia, terus berkembang, berpotensi membantu mempertahankan pertumbuhan yang kuat.
(gir/ags)