Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk akan menggelar masa penawaran surat berharga (obligasi) II tahap I 2016 senilai Rp7 triliun pada 26 Oktober hingga 9 November mendatang. Emisi obligasi BRI ditawarkan dalam lima seri yakni seri A bertenor 370 hari, seri B, C, D dan E masing-masing dengan tenor 3 tahun, 5 tahun, 7 tahun dan 10 tahun.
Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan penerbitan tersebut bertujuan untuk mengamankan likuiditas perseroan atas kebutuhan dana-dana jangka panjang untuk tahun depan.
Emisi obligasi tersebut juga berdasarkan kondisi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang lebih lambat jika dibandingkan dengan laju kredit. Tercatat rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to Deposit Ratio) BRI sudah mencapai 87 persen dan akan dioptimalkan menjadi 90 persen hingga akhir tahun
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"LDR akan kami optimalkan, namun masih dalam batas yang aman. Dengan ini kami juga akan optimalkan pertumbuhan kredit hingga dua digit," ujar Asmawi, Selasa (25/10)..
Dari sisi pendanaan, BRI mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi sebesar Rp665,5 triliun. Adapun dari total DPK yang berhasil dihimpun sebanyak 57,6 persen dalam bentuk dana murah (Current Account Saving Account/CASA) yang terdiri dari tabungan dan giro sebesar Rp383,4 triliun, sementara sisanya sebesar 42,4 persen dihimpun dalam bentuk deposito sebesar Rp282,1 triliun.
Dengan komposisi tersebut BRI berhasil menurunkan biaya dana (cost of fund) nya dari 4,3 persen menjadi 3,9 persen per akhir September 2016 lalu. Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo memproyeksikan
cost of fund perseroan akan turun hingga 25 basis poin hingga akhir tahun mendatang mengingat potensi masuknya aliran dana asing akibat program repatriasi
tax amnesty.
"Kita memprediksi
cost of fund akan turun sangat signifikan berdasarkan optimisme
capital inflow di akhir tahun," kata Haru.
Dengan sumber dana yang murah tersebut, Haru berharap akan berimplikasi terhadap penurunan bunga kredit yang akan disalurkan terlebih jika nantinya Bank Indonesia (BI) kembali melonggarkan kebijakan moneternya lagi melalui penurunan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate.