Stok Diprediksi Melonjak, Harga Minyak Longsor

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Rabu, 26 Okt 2016 09:48 WIB
Harga minyak Brent anjlok 1,3 persen ke angka US$50,79 per barel. Setelah perdagangan ditutup, harga Brent terlihat tenggelam ke angka US$50,22 per barel.
Harga minyak Brent anjlok 1,3 persen ke angka US$50,79 per barel. Setelah perdagangan ditutup, harga Brent terlihat tenggelam ke angka US$50,22 per barel. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia kembali di bawah level US$50 per barel setelah laporan persediaan minyak mentah akan meningkat tiga kali lipat dibanding prediksi awal.

American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) telah melonjak menjadi 4,8 juta barel di pekan lalu, di mana angka ini lebih besar dibanding perkiraan para analis sebesar 1,7 juta barel.

Padahal pada pekan lalu, laporan Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun 5,2 juta barel. Kendati demikian, laporan resmi persediaan minyak mentah akan terbit Rabu pekan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasilnya, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 1,1 persen ke angka US$49,96 per barel. Bahkan, angkanya sempat turun menjadi US$49,27 per barel setelah laporan API keluar di tengah sesi perdagangan.

Sementara itu, harga minyak Brent anjlok 1,3 persen ke angka US$50,79 per barel. Setelah perdagangan ditutup, harga Brent terlihat tenggelam ke angka US$50,22 per barel.

Kejadian ini memperparah penurunan harga minyak setelah sebelumnya, Menteri Perminyakan Irak, Jabar Ali al-Luaibi menyebut bahwa Irak tak mau menyunat produksi minyaknya, sesuai kesepakatan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) bulan September lalu.

Alasannya, Irak membutuhkan banyak uang untuk menumpas pergerakan militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Padahal sebelumnya, OPEC berharap bisa mengurangi produksi sebesar 700 ribu barel per hari. Dengan mundurnya Irak, yang merupakan negara produsen minyak terbesar ke-dua di dalam OPEC, efektivitas ini dipertanyakan.

Kendati demikian, kesepakatan negara-negara anggota OPEC akan mencapai kata mufakat di dalam pertemuan antar anggota di Wina, Austria akhir November mendatang. (gir/ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER