Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) dan Serikat Pekerja Nasional Chevron Indonesia (SPNCI) berharap PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) bisa memenangkan lelang dua wilayah kerja panas bumi (WKP) Gunung Salak dan Darajat yang digelar Chevron IndoAsia Business Unit (IBU).
Menurut METI, PGE memiliki pengalaman yang mumpuni di bidang panas bumi dan dukungan finansial yang kuat dibandingkan lima perusahaan lain yang masuk babak final lelang.
“Apalagi PGE merupakan pemilik dari WKP yang dikelola Chevron saat ini. Selain itu, pengalaman mengelola dan mengembangkan panas bumi PGE sangat panjang dan sudah teruji, baik hulu maupun hilir,” kata Surya Dharma, Ketua METI, dikutip Kamis (27/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain PGE, lima perusahaan lain yang bersaing mendapatkan dua WKP dan PLTP yang dikelola Chevron yaitu PLTP Gunung Salak berkapasitas 377 MW dan PLTP Darajat berkapasitas adalah PT PLN (Persero), PT Medco Power, PT Star Energy serta dua perusahaan asal Jepang, Mitsui dan Marubeni.
Menurut Surya Dharma, PGE juga memiliki kemampuan pendanaan yang sangat baik, maupun melalui pinjaman yang mendapat kepercayaan yang baik dari lembaga keuangan dan perbankan.
“PGE juga sudah memiliki road map pengembangan panas bumi Indonesia. Jika dibandingkan dengan perusahaan lain, mereka masih banyak kekurangannya karena lini bisnis panas buminya tidak selengkap jika dibandingkan PGE,” kata dia.
Sementara itu, Syamsu Alam, Direktur Hulu PT Pertamina (Perser0) memastikan komitmen perusahaannya untuk terus mengembangkan panas bumi. Beberapa proyek sudah dapat diselesaikan tahun ini dan lebih cepat dari target.
“Untuk PLTP Chevron, tim kami sudah melakukan evaluasi sesuai dengan tahapan yang ditentukan dalam proses
bidding,” kata dia.
Ia menjamin, jika Pertamina menang lelang tersebut maka sumber daya manusia (SDM) yang ada saat ini akan dipertahankan, bahkan ditambah untuk meningkatkan kapasitas produksi uap panas bumi dan listrik dari dua WKP dan PLTP tersebut.
“Kesiapan SDM saya kira tidak masalah. SDM yang mengelola aset di sana sudah sangat profesional,” katanya.
Dukungan Pekerja ChevronMendengar hal tersebut, Ketua Umum SPNCI Indra Kurniawan mengapresiasi komitmen Pertamina untuk tetap mempekerjakan sekitar 400 karyawan Chevron Geothermal Indonesia (CGI) dan Chevron Geothermal Salak (CGS) yang selama ini mengoperasikan dua WKP dan PLTP tersebut.
“Kalau boleh memilih, kami juga lebih mendukung Pertamina untuk menang lelang tersebut. Karena Pertamina memiliki lini bisnis panas bumi, dan paham potensi serta tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan bisnis ini. Kalau perusahaan lainnya, hanya Star Energy yang punya panas bumi. Namun skalanya tidak sebesar Pertamina,” kata Indra.
Sementara meskipun PLN memiliki anak usaha PT Indonesia Power yang membeli listrik dan uap panas bumi dari dua WKP tersebut, pengalamannya terbatas dalam mengoperasikan PLTP saja.
"Mereka belum punya pengalaman mengelola sumur panas bumi secara langsung, hanya PLTP saja," tegasnya.
Sebelumnya, Indra menuturkan rencana IBU melego WKP Gunung Salak dan Darajat malah membuat pening rekan-rekan pekerja CGI dan CGS di kantor pusat dan di lokasi sumur panas bumi. Pasalnya proses lelang yang sudah memasuki tahap akhir, tidak dibarengi dengan pemenuhan hak-hak pekerja oleh dua perusahaan tersebut secara adil.
Indra membeberkan selama proses penjualan dua aset panas bumi itu berjalan, perusahaan malah memindahkan pekerja dari entitas bisnis lain yaitu Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Chevron Indonesia Company (CICO) ke CGI dan CGS.
Ia khawatir hal ini bakal membuat jumlah pekerja CGI dan CGS menggelembung. Melebihi total jumlah pekerja di dua aset tersebut saat ini sebanyak 400 orang.
“Kalau jumlah pekerjanya berlebih, kami khawatir saat peralihan kepemilikan nanti justru akan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan alasan efisiensi di kemudian hari,” kata Indra, Selasa (25/10) lalu.