Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 160,98 poin (2,95 persen) ke level 5.289 hingga sesi I hari ini dari penutupan perdagangan kemarin di level 5.450,30 karena spekulasi kenaikan suku bunga AS.
Sejak pagi ini, IHSG udah memperoleh tekanan dari aksi jual. IHSG dibuka pada level 5.273 atau turun hingga 3 persen dari penutupan perdagangan kemarin.
Sementara di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah ditutup melemah ke Rp13.290 per dolar AS, atau turun 152 poin (1,16 persen) setelah bergerak di kisaran Rp13.273-Rp13.13.873.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
RTI Infokom mencatat, investor membukukan transaksi sebesar Rp5,73 triliun dengan volume 6,66 miliar lembar saham. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi jual bersih (net sell) Rp1,4 triliun di pasar reguler.
Sebanyak 41 saham naik, 260 saham turun, dan 65 saham tidak bergerak. Sementara delapan dari 10 sektor mengalami pelemahan. Pelemahan terbesar dialami oleh sektor infrastruktur yang melemah sebesar 3,81 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida menyatakan, penurunan IHSG ini dipastikan akibat pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang secara penghitungan cepat menunjukkan Donald Trump unggul dibandingkan dengan Hillary Clinton.
“Kalau seperti saya sampaikan pasar modal di seluruh dunia sifatnya sudah saling terkoneksi, apapun yang terjadi di global akan berdampak pada negara-negara lain, tidak hanya indonesia tapi negara lain,” papar Nurhaida, Jumat (11/10).
"Tapi kalau kita lihat, beberapa waktu terakhir ada sesuatu kondisi seperti di AS yang signifikan, yaitu pemilihan dalam artian pemilihan presiden yang baru, memang pada pengumuman kemarin pasar turun. Mungkin cukup signifikan, tetapi setelah itu ada
rebound. Kemarin indeks naik, tapi hari ini kita lihat penurunan lagi."
Selain itu, jika Donald Trump menang maka dampak lainnya yaitu, kenaikan suku bunga oleh The Fed yang semakin pasti terjadi pada Desember mendatang. Menurut Nurhaida, pasar masih melihat bagaimana kebijakan yang akan diambil oleh The Fed nantinya dengan kemenangan Trump ini.
“Tentu mengamati, dengan adanya pimpinan baru AS ini apakah kebijakan yang akan diambil? Apakah The Fed akan mengambil tindakan menaikkan suku bunga atau tidak? Kalau dilihat, mereka akan mengambil keputusan Desember, sementara pimpinan baru ini kan baru Januari, sehingga masih belum pasti,” terang Nurhaida.
(gir/gen)