Jakarta, CNN Indonesia -- Bahana Securities meramalkan, Bank Indonesia (BI) masih akan menahan tingkat suku bunga hingga kuartal I tahun depan. Hal itu dilakukan demi stabilisasi pasar setelah melihat volatilitas yang terjadi di pasar saat ini.
Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reserve Repo Rate sebesar 4,75 persen, sebagai langkah kehati-hatian dalam merespon meningkatnya ketidakstabilan di pasar keuangan global, ditengah tetap terjaganya stabilitas makroekonomi di dalam negeri.
BI akan akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ekonom Bahana Securities Fakhrul Fulvian mengatakan, sesuai dengan perkiraannya, bank sentral memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah. Hal itu terjadi di tengah gejolak pasar keuangan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan yang terjadi di pasar global pasca kemenangan Donald Trump sebagai presiden AS.
''Kami perkirakan BI akan lebih fokus pada stabilitas nilai tukar rupiah, selama terjadinya turbulensi pasar pasca kemenangan Donald Trump sebagai presiden US," katanya, Kamis (17/11).
''Dengan melihat pasar keuangan kita yang sensitif terhadap kondisi pasar global, adalah sangat penting untuk segera memperkaya instrumen keuangan di dalam negeri dan meningkatkan volume transaksi di pasar uang, sehingga saat terjadi turbulensi di pasar keuangan, kestabilan akan lebih terjaga," tambah Fakhrul.
Sebelumnya, BI menilai dengan pelonggaran moneter yang sudah dilakukan pada bulan lalu, sudah mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi karena konsumsi domestik masih cukup kuat.
Meski pada kuartal IV, bank sentral memperkirakan produk domestik bruto akan tumbuh terbatas sejalan dengan fiskal yang masih konsolidatif. Sehingga secara keseluruhan tahun, ekonomi Indonesia akan tumbuh 5 persen. Tahun depan BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen-5,4 persen.
Fakhrul menambahkan, Bahana memperkirakan BI akan menahan suku bunga hingga kuartal satu tahun depan untuk stabilisasi pasar setelah melihat volatilitas yang terjadi di pasar saat ini.
“'Ruang bagi pelonggaran moneter mungkin akan terbuka pada kuartal dua, setelah pergerakan ekonomi AS dan kebijakan presiden terpilih lebih jelas," ujar Fakhrul.
(gir)