Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan asuransi umum sepanjang kuartal III 2016 tertahan oleh merosotnya kinerja sejumlah lini bisnis asuransi. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat pendapatan premi asuransi umum sampai kuartal III sebesar Rp46,1 triliun, atau tumbuh 8,7 persen dibandingkan dengan kuartal III 2015 sebesar Rp42,4 triliun.
Ketua Bidang Statistik Riset, Analisis, TI dan Aktuaria AAUI Dadang Sukresna mengatakan dari 15 lini bisnis asuransi umum terdapat tiga lini bisnis yang masih kekurangan darah, yaitu asuransi Kendaraan Bermotor, Pengangkutan Laut dan Kecelakaan.
Tercatat pendapatan premi bisnis asuransi kendaraan bermotor mencapai Rp11,61 triliun atau turun 5,4 persen dibanding dengan premi kuartal III tahun lalu yang mencapai Rp12,27 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk lini bisnis asuransi pengangkutan laut minus 4,9 persen dari Rp2,31 triliun tahun lalu menjadi Rp2,02 triliun. Sementara premi bisnis asuransi kecelakaan juga tergerus 27 persen dari Rp1,23 trililiun menjadi Rp901 miliar per kuartal III 2016.
Penurunan premi asuransi kendaraan bermotor itu menurut Dadang telah menahan laju pertumbuhan premi secara industri, mengingat pangsa pasar lini usaha asuransi kendaran bermotor mencapai 25 persen atau seperempat dari total pangsa pasar asuransi umum.
"Sepanjang tahun pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor memang tidak sebagus tahun lalu, ini yang menyebabkan pertumbuhan di lini kendaraan bermotor masih negatif tahun ini," ujar Dadang, Selasa (22/11).
Sementara itu pertumbuhan premi asuransi cukup signifikan terjadi pada lini usaha asuransi satelit yang melonjak tajam menjadi Rp79,43 miliar atau naik 524 persen dari kuartal III tahun lalu yang hanya Rp12,72 miliar.
"Pertumbuhan ini disebabkan oleh mulai mengorbitnya salah satu satelit milik Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang mulai meluncur tahun ini," katanya.
Sementara dari sisi pembayaran klaim, lini bisnis asuransi tanggung gugat tercatat mengalami kenaikan yang cukup signifikan yakni 217 persen dari Rp73,5 miliar menjadi Rp231,96 triliun (yoy).
Diikuti oleh pembayaran klaim di lini bisnis asuransi penjaminan yang naik 46,8 persen dari Rp165 miliar menjadi Rp 243 miliar (yoy). Serta klaim asuransi
energy offshore yang sebesar 24,9 persen dari Rp1,08 triliun menjadi Rp1,351 triliun kuartal III kemarin.
Pada akhir tahun nanti, Dadang memproyeksikan pertumbuhan premi asuransi umum bisa mencapai angka 10 persen. Berdasarkan siklus bisnisnya, Dadang mengatakan momen libur nasional selama bulan Desember dinilai mampu mendongkrak daya beli masyarakat terutama untuk membeli barang atau benda yang membutuhkan jasa asuransi.
"Kalau diperhatikan di kuartal IV mendatang dengan asumsi pertumbuhan premi harta benda tetap mencapai 7 persen dan pertumbuhan minus kendaarn bermotor bisa berkurang 2 persen, kami perkirakan pertumbuhan premi asuransi umum di akhir tahun bisa mencapai 9-10 persen," jelasnya.