Likuiditas Ketat, Bunga Kredit Single Digit 'Isapan Jempol'

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 28 Nov 2016 17:55 WIB
Kondisi likuiditas perbankan yang cenderung ketat dikarenakan aliran modal asing keluar (capital outflow).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pesimistis suku bunga kredit perbankan bisa mencapai satu digit tahun ini, karena kondisi likuiditas ketat. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari).
Jakarta, CNN Indonesia -- Cita-cita pemerintah membuat suku bunga kredit perbankan menjadi rata-rata single digit tahun ini agaknya cuma isapan jempol. Pasalnya, kondisi likuiditas perbankan cenderung ketat karena aliran modal asing keluar (capital outflow).

Sebagai bukti, hari ini (28/11), Bursa Efek Indonesia (BEI) membukukan perdagangan tercatat jual bersih (net sell) sebesar Rp309,3 miliar.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pesimistis suku bunga kredit perbankan bisa mencapai satu digit tahun ini. "Terjadi capital outflow sehingga likuditas agak lebih ketat. Kalau likuiditas ketat, tingkat bunga, walaupun tidak naik, tidak akan turun lagi," ujarnya, Senin (28/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Darmin, capital outflow terjadi karena dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global yang disebabkan oleh keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) hingga kemenangan Donald J.Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45.

"Setelah Brexit, setelah pemilihan umum di Amerika Serikat, arah perekonomian sedikit berlawanan dengan prediksi sebelumnya," terang dia.

Untuk tahun depan, Darmin mengaku belum bisa memprediksi, karena masih menanti perkembangan ekonomi dunia lebih lanjut. "Memang, kami harus lihat dulu, karena situasi ini tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Nanti kami lihat dulu deh," tutur mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) tersebut.

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Perdede menilai, sampai akhir tahun, likuiditas perbankan cukup ketat karena sudah mendekati batas atas rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) yang dipatok 92 persen.

"Kami melihat, rasio LDR sekarang sekitar 90 persen sampai 91 persen. Jadi, sudah mendekati level atas," kata Josua secara terpisah.

Kendati demikian, Josua menjelaskan, penempatan simpanan perbankan di instrumen Bank Indonesia cukup besar. Data terakhir mencapai lebih dari Rp300 triliun.

"Karena ekonomi dalam negeri masih belum pulih, penyaluran kredit perbankan juga tidak berjalan. Akibatnya, dana perbankan banyak ditempatkan di instrumen BI," imbuhnya.

Presiden Joko Widodo sejak awal tahun terus mendorong agar suku bunga kredit bisa turun hingga satu digit. Hal itu dilakukan untuk menggerakkan permintaan kredit masyarakat.

Menjawab hal itu, BI sejak awal tahun telah melakukan upaya pelonggaran moneter. Salah satunya dengan mengubah haluan suku bunga acuan dari BI rate menjadi BI 7 Days Reverse Repo Rate dengan tingkat acuan terakhir di level 4,75 persen.

Namun, hingga akhir Oktober. sejumlah bank masih menawarkan kredit dengan bunga dua digit untuk segmen tertentu, di antaranya segmen kredit mikro, kredit korporasi serta kredit pemilikan rumah (KPR). (bir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER