Bos BEI: Capital Outflow Bisa Perketat Likuditas Bank

CNN Indonesia
Selasa, 06 Des 2016 15:02 WIB
Dana yang tadinya mengendap di deposito perbankan, kini beralih ke pasar modal lewat aksi jual perusahaan asuransi dan dana pensiun.
Aksi jual yang dilakukan oleh investor asing di sepanjang November 2016 dikhawatirkan akan membuat likuiditas perbankan mengetat. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay).
Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi jual yang dilakukan oleh investor asing di sepanjang November 2016 dikhawatirkan akan membuat likuiditas perbankan mengetat. Pasalnya, dana yang tadinya dikantongi investor ritel, perusahaan asuransi, dan perusahaan dana pensiun tersebut mengendap di deposito perbankan, kini beralih ke pasar modal.

"Iya, perbankan agak nangis juga itu. Kan gini ya, awalnya perusahaan asuransi dan dana pensiun (dapen) berinvestasi di deposito perbankan. Tetapi, sekarang, banyak beli di saham. Jadi, banyak dicairkan juga kan dananya," ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio, Selasa (6/12).

Menurutnya, dana yang masuk ke pasar modal per harinya mencapai Rp 1 triliun. Kondisi ini bukan tidak mungkin membuat likuiditas perbankan menjadi ketat. Sehingga, tidak baik bagi kinerja perbankan ke depannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seharinya bisa Rp1 triliun. Tetapi, untuk kemarin hanya sekitar Rp200 miliar sih," imbuh dia.

Sebagai informasi, BEI mencatat jumlah dana asing yang keluar (capital outflow) pada November mencapai Rp12,36 triliun. Jumlah tersebut naik berkali-kali lipat dibanding bulan sebelumnya, yaitu sebesar Rp2,28 triliun.

Tito menerangkan, keluarnya investor asing tersebut disebabkan oleh kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (pilpres AS) yang juga berimbas pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap AS.

"Itu sejak Trump menang diumumkan 8 November, asing banyak jual. Tetapi dibeli ritel, perusahaan asuransi, dan Dapen," ungkap Tito.

Sebelumnya, Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, aksi jual yang dilakukan investor asing banyak terjadi pada saham emiten berkapitalisasi besar, utamanya emiten sektor perbankan.

Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, selama bulan November, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sempat jatuh hingga Rp10.100, sedangkan saham emiten PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) anjlok ke level Rp5.000.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terperosok hingga Rp10.475, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sempat anjlok ke level Rp14.300.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER